Soal Bayi Pulang Pakai Taksi Online, RSUD NTB Klarifikasi Sebut Pemulangan Jenazah Tak Ditanggung BPJS -->

Soal Bayi Pulang Pakai Taksi Online, RSUD NTB Klarifikasi Sebut Pemulangan Jenazah Tak Ditanggung BPJS

Senin, 07 April 2025, Senin, April 07, 2025

 

FOTO. dr.H. Lalu Herman Mahaputra atau Dokter Jack (kiri) saat mengecek kondisi pasien asal KSB.

















MATARAM, BL - Direktur Utama (Dirut) RSUD Provinsi NTB dr.H. Lalu Herman Mahaputra atau Dokter Jack memberi pernyataan terkait dengan pemberitaan yang menyatakan seorang ibu asal Kabupaten Sumbawa Barat (KSB) yang membawa pulang jenazah bayinya dari RSUP NTB dengan menggunakan taksi online lantaran tidak mampu membayar biaya ambulans rumah sakit.


Dokter Jack menceritakan kronologis pemulangan jenazah asal KSB tersebut. Menurutnya,  pada hari Jumat tanggal 4 April 2025 pukul 19.30 Wita pasien isinial ”Y” dari KSB datang sendiri ke RSUD Provinsi NTB dengan keluhan tidak merasakan gerakan janin sejak tanggal 1 April 2025.


“Kehamilannya adalah kehamilan pertama dengan usia kehamilan 24 minggu 5 hari. Setelah dilakukan pemeriksaan di Ruang Bersalin (VK PONEK IGD) hasil pemeriksaannya memang janin tersebut kondisinya KJDR atau Kematian Janin Dalam Rahim dan dari Dokter Penanggung Jawab Pasien (DPJP) merencanakan untuk dilakukan terminasi atau pengakhiran kehamilan dengan mengeluarkan janin,” ujar Dokter Jack, Senin 7 Maret 2025.


Ia mengatakan, pada hari Minggu tanggal 6 April 2025 pukul 06.50 Wita janin lahir spontan dengan berat badan lahir 650 gram dengan tanda khas Kematian Janin dalam Rahim (KJDR). Pukul 10.37 Wita jenazah janin tersebut dibawa oleh Instalasi Forensik untuk dipulasarkan dan persiapan pemulangan jenazah.


Kata dr. Jack, dalam aturan pemulangan jenazah yang meninggal di RSUD Provinsi NTB memang sepenuhnya tidak ditanggung oleh BPJS, dan selama ini yang membiayai pemulangan jenazah dari RSUD Provinsi NTB adalah keluarga pasien.


Setelah mengetahui kondisi tersebut, petugas forensik berupaya berkoordinasi untuk memulangkan jenazah dengan Manajer Pelayanan Pasien (MPP) RSUD Provinsi NTB untuk berupaya mencarikan solusi atas peristiwa tersebut. 


Sebab, pada umumnya ada celah solusi untuk diselesaikan oleh RSUD Provinsi NTB dengan menggunakan dana sosial Rumah Sakit yang langsung disisihkan dari Pendapatan Direktur RSUD Provinsi NTB.


“Dan berdasarkan rekapan MPP, RSUD Provinsi NTB dalam dua bulan terakhir sudah difasilitasi biaya pengantaran jenazah sejumlah lima orang yaitu dua jenazah dari Bima, dua jenazah dari Dompu dan satu jenazah dari Lombok Tengah,” kata Dokter Jack.


Lebih lanjut dikatakannya, RSUD Provinsi NTB selama ini memang tetap melaksanakan fungsi sosial sehari-hari bagi pasien yang benar-benar tidak mampu dengan kriteria yang telah ditetapkan dan diassesmen oleh Manajer Pelayanan Pasien seperti membantu pembiayaan pemulangan jenazah, membayarkan denda pelayanan BPJS maupun membayarkan tunggakan iuran BPJS.


"Serta, memberikan bantuan biaya hidup pasien dan keluarga," ucap Dokter Jack.


Namun untuk kasus jenazah janin yang dibawa langsung oleh keluarga pasien ini merupakan kehendak dari mereka dan tidak sempat teredukasi tentang hasil koordinasi petugas Instalasi Forensik dengan Manajer Pelayanan Pasien karena buru-buru pulang menggunakan taksi online. 


Alasannya, lanjut Dokter Jack, keluarga takut jenazah janin tersebut mengeluarkan aroma tidak sedap atau berbau.


Di mana, kata dia, atas peristiwa ini, RSUD Provinsi NTB tetap berkomitmen untuk memberikan pelayanan terbaik kepada masyarakat termasuk celah-celah koordinasi dengan berbagai pihak/stake holder terkait pemulangan jenazah yang meninggal di RSUD Provinsi NTB,.


"Dan, saat ini RSUD Provinsi NTB tetap menjajaki Kerjasama dengan Pemerintah Kabupaten/Kota di NTB terkait bantuan pemulangan jenazah ke Kabupaten/Kota masing-masing," ungkap Dokter Jack.


Sebelumnya, diberitakan ibu serta nenek yang membawa jenazah bayinya ini ditemukan oleh petugas saat akan memasuki kapal Ferry penyebaran Pelabuhan Kayangan-Poto Tano, Minggu sore (6/4) kemarin.


Awalnya, pihak keluarga ingin membawa pulang jenazah bayi tersebut di kampung halamannya di KSB dengan meminta izin pihak rumah sakit. Namun pihak rumah sakit meminta biaya transportasi ambulans sekitar Rp 2,6 juta, sehingga pihak keluarga tidak mampu membayar. 


Karena itulah pihak keluarga membawa jenazah bayi tersebut dengan menggunakan taksi online.


Namun petugas menemukan jenazah bayi itu sebelum kapal berangkat ke Poto Tano. Setelah dilakukan koordinasi dengan RSUP NTB dan pihak terkait lainnya, petugas KKP Pelabuhan Kayangan memfasilitasi pemulangan jenazah bayi tersebut dengan menggunakan mobil ambulans ke Sumbawa Barat. (R/L..).

TerPopuler