![]() |
FOTO. Gubernur NTB Lalu Muhamad Iqbal bersama Wagub Indah Dhamayanti Putri saat memberikan arahan pada apel perdana ASN lingkup Pemprov usai libur lebaran Idul Fitri di halaman kantor gubernur setempat, Selasa 8 April 2025. |
MATARAM, BL - Gubernur NTB Lalu Muhamad Iqbal bersama Wakil Gubernur Indah Dhamayanti Putri meminta pada Dirut RSUP NTB untuk meniadakan rumah singgah.
Langkah itu dimaksudkan dalam rangka menjaga pelayanan di poli-poli yang ada di RSUP setempat dapat berjalan lebih maksimal.
Dirut RSUP NTB dr HL Herman Mahaputra atau Dokter Jack mengatakan arahan Gubernur dan Wakil Gubernur terkait ketiadaan rumah singgah di RSUP setempat dilakukan usai dirinya dipanggil usai mengikuti apel perdana ASN lingkup Pemprov usai libur Idulfitri 1446 H di kantor gubernur setempat, Selasa 8 April 2025.
"Secepatnya, instruksi peniadaan rumah singgah itu akan saya jalankan mulai hari ini dengan membersihkan ruangan yang sempat menjadi tempat singgah para pasien," kata Dokter Jack pada wartawan, Selasa 8 Maret 2025.
Ia mengaku bahwa instruksi ketiadaan rumah singgah untuk keluarga pasien akan disosialisasikan pihaknya pada para pasien.
Menurut Dokter Jack, para keluarga pasien yang rumahnya jauh dan tidak memiliki tempat tinggal di Kota Mataram, serta terjadwal untuk kontrol dengan adanya instruksi Gubernur dan Wakil Gubernur NTB dianjurkan untuk menyewa 12 rumah singgah yang menjadi mitra RSUP NTB.
"Nanti, keluarga pasien akan diarahkan oleh petugas kami di lapangan jika harus menginap. Intinya, instruksi Pak Gubernur akan kami jalankan dengan baik," tegasnya.
Dalam kesempatan itu. Dokter Jack menginformasikan bahwa untuk pemulangan jenazah bagi warga Pulau Sumbawa akan disiapkan mobil ambulance jenazah dari bantuan Baznas NTB.
Hal itu sesuai arahan Gubernur Lalu Muhamad Iqbal. Sehingga tidak lagi menjadi beban pihak RSUD Provinsi.
"Untuk biaya operasional pemulangan akan dibebankan pada pemda kabupaten/kota. Intinya, Pak Gubernur sangat responsif menyikapi kebutuhan masyarakat di Pulau Sumbawa. Serta, enggak mau juga semua beban ada di RSUP NTB," jelasnya.
"Intinya, keluarga pasien enggak akan dibebankan biaya apapun," sambung Dokter Jack.
![]() |
FOTO. dr HL Herman Mahaputra. |
Diketahui, awalnya, rumah singgah ini diperuntukkan pasien-pasien yang rumahnya jauh dan tidak memiliki tempat tinggal di Kota Mataram, serta terjadwal untuk kontrol.
Di mana, manajemen rumah sakit menginisiasi agar pasien bisa diberikan tempat di rumah singgah secara gratis.
Hanya saja belakangan viral jika ada sekelompok oknum yang menyewakan rumah singgah dengan tarif tertentu tanpa sepengetahuan management RSUP setempat.
Akibatnya, dalam video viral beberapa waktu lalu, terlihat suasana ricuh saat sejumlah orang naik ke lantai dua dan mulai merusak tembok rumah singgah semipermanen.
Ketegangan semakin meningkat ketika pasien dan keluarga pasien yang berada di dalam rumah singgah dipaksa keluar, karena lokasi tersebut akan dirobohkan.
Direktur RSUD Provinsi NTB dr. Lalu Herman Mahaputra akhirnya terpaksa harus meluruskan informasi yang beredar. Menurutnya, bahwa sebenarnya persoalan ini hanya masalah relokasi rumah singgah.
Namun terjadi misskomunikasi dan missinformasi.
“Kondisi saat ini untuk rumah singgah sudah tidak representatif, jadi ingin dilakukan relokasi. Kami sudah melakukan sosialisasi kepada pasien dan keluarga pasien, dan saudara kita yang disana sudah bersedia, dan saat ini sudah proses pembangunan rumah singgah,” jelas dr Lalu Herman Mahaputra kepada wartawan, Sabtu 22 Februari 2025.
Dokter Jack mengatakan, dengan relokasi di tempat yang baru para pasien dan keluarga pasien dapat mendapatkan kemudahan akses ke poli, masjid, area masak, dan lain sebagainya.
Rumah singgah yang dibongkar dan beredar dalam video dijelaskan sebenarnya bukan bangunan rumah singgah. Itu merupakan bekas kantor Direksi PP-DIU saat berlangsungnya proyek pembangunan rumah sakit.
Namun itu diberikan untuk ditempati bagi pasien warga NTB yang datang berobat dari Pulau Sumbawa baik dari Kabupaten Bima, Dompu, maupun Sumbawa.
Sehingga relokasi rencana pun sebenarnya sudah disampaikan ke warga. Namun, permasalahan muncul saat adanya provokasi kepada para penghuni rumah singgah.
Diduga juga da beberapa orang yang tidak punya kepentingan banuak tinggal di rumah singgah tersebut.
“Pada faktanya, kami akan merelokasi rumah singgah sehingga para keluarga pasien lebih nyaman. Kami mencoba siapkan akses yang lebih luas dan jalan masuk yang lebih mudah dan luas,” terang Dokter Jack.
Namun dari persoalan ini, Dokter Jack mengaku pihaknya akan membangun komunikasi dan memperbaiki pengelolaan rumah singgah. Agar ke depan tidak terjadi persoalan ini.
Dia mengatakan jika keberadaan rumah singgah ini sebenarnya dihadirkan untuk membantu pasien yang berasal dari luar Pulau Lombok. Misalnya Sumbawa, Dompu, Bima, atau Kota Bima. Khususnya bagi mereka yang harus tetap kontrol atau mendapatkan perawatan rutin secara berkala.
Selama mendapatkan perawatan, mereka tentu membutuhkan tempat tinggal. Untuk itulah dihadirkan rumah singgah di area RSUD Provinsi NTB.
“Ke depan, sesuai harapan pak Gubernur nanti Dinas Sosial yang akan mengambil alih, membangun atau yang lainnya. Kalau kami sebenarnya hanya ingin merelokasi rumah singgah ini agar dekat dengan masjid, poli dan fasilitas umum lainnya,” paparnya. (R/L..).