![]() |
MATARAM, BL - Pihak RSUD NTB membantah kabar yang beredar mengenai pengusiran pasien dari rumah singgah yang ada di rumah sakit terbesar di Provinsi NTB ini.
Adanya video penertiban rumah singgah di RSUD setempat yng diunggah pada Kamis (20/2) lalu, terlihat suasana ricuh saat sejumlah orang naik ke lantai dua dan mulai merusak tembok rumah singgah semipermanen
Ketegangan semakin meningkat ketika pasien dan keluarga pasien yang berada di dalam rumah singgah dipaksa keluar, karena lokasi tersebut akan dirobohkan.
Terkait hal ini. Direktur RSUD NTB, dr H Lalu Herman Mahaputra atau Dokter Jack, mengaku bahwa pihaknya tidak pernah mengusir pasien yang sedang menjalani perawatan atau masa pemulihan.
Ia menegaskan, pihaknya sebatas ingin merelokasi rumah singgah ke tempat yang lebih representatif, sehingga pasien bisa lebih aman dan nyaman.
Bahkan, manangemen RSUP juga telah berulang kali berkomunikasi dan menyosialisasikan rencana relokasi itu.
"Dari komunikasi yang kami lakukan. Masyarakat sudah setuju waktu itu. Karena, memang mereka akan diuntungkan dari relokasi ini,” tegas Dokter Jack pada wartawan, Sabtu 22 Februari 2025.
Dalam video viral adanya pelibatan preman dalam proses relokasi pasien dari rumah singgah. Menurut Dokter Jack, dirinya perlu meluruskan kabar tersebut.
"Seluruh staf RSUD NTB, adalah pelayan masyarakat dan tidak pernah ada preman yang dipekerjakan," katanya lantang.
“Nah, untuk membangun rumah singgah yang baru, memang ada tukang-tukang. Tapi, tukang memang bekerja, tidak pernah memakai kekerasan,” sambung Dokter Jack.
Di sisi lain, manajemen RSUD NTB menegaskan tidak ada penarikan pembayaran sepeserpun di rumah singgah.
Sebab, lanjut dia, RSUD NTB juga memiliki satpam dan telah berkoordinasi untuk memindahkan pasien agar pembangunan rumah singgah yang diharapkan dapat segera selesai.
"Kalaupun ada satpam yang dapat omelan, mereka sudah bekerja sesuai dengan aturan. Security hanya membantu memindahkan barang, tidak ada tindakan represif,” jelas Dokter Jack.
Ia mendaku bahwa pihkanya juga tengah berinisiatif untuk menyediakan tempat bagi pasien untuk menginap, terlebih bagi pasien yang datang dari jauh dan mesti rawat jalan.
Hal itu menyusul, RSUD NTB punya lahan kosong di belakang, sebanyak 50 hektare yang dihibahkan Pemkot Mataram, di sanalah manajemen RSUD NTB akan membangun rumah singgah yang representatif.
Meski demikian, Dokter Jack memastikan akan melakukan pembenahan internal soal SOP yang memang boleh menunggu di rumah singgah.
Ia akan koordinasi dengan dokter penanggungjawab soal kondisi pasien yang memang boleh.
Mengingat, lanjut Dokter Jack, siapa saja boleh ditampung di rumah singgah. Asalkan, pengobatannya memang lama, jarak tempuh dari rumah sangat jauh, dan tidak memiliki tempat tinggal di Kota Mataram.
"Maksimal bisa 10 orang yang menginap di Rumah Singgah RSUD NTB. Pendanaan pembangunan rumah singgah memang berasal dari dana internal rumah sakit,” tandas Dokter Jack.
![]() |
FOTO. Gubernur Lalu Muhamad Iqbal dan Wagub Indah Dhamayanti Putri. |
*Lalu Iqbal : RSUD Harus Evaluasi Komunikasi Publik
Sementara itu, Gubernur NTB Lalu Muhamad Iqbal memberikan izin bagi keluarga pasien untuk menghuni kembali rumah singgah hingga pemerintah menemukan lokasi yang ideal bagi fasilitas milik RSUD NTB tersebut.
"Saya turut prihatin atas kejadian seperti ini," ujarnya dalam pesan Whatsappnya, Sabtu 22 Februari 2025.
Lalu Iqbal meminta pada semua pihak terkait memberikan pengobatan sampai sembuh kepada siapapun yang mengalami luka akibat bentrokan yang terjadi beberapa waktu lalu terkait kegiatan bongkar paksa rumah singgah.
Pemerintah daerah berkomitmen memperbaiki komunikasi publik agar tidak ada kejadian serupa di masa depan.
"Informasi yang baik harus sampai kepada masyarakat, sehingga tidak menjadi berita negatif yang tidak sesuai dengan fakta yang ada" tegasnya.
Menurut Lalu Iqbal, terkadang persoalan yang terjadi bukan hanya pada persoalan substantif tetapi lebih kepada persoalan cara berkomunikasi antara pihak pemberi layanan publik (RSUD NTB) dengan pasien/keluarga pasien dan masyarakat.
"Oleh karena itu komunikasi publik kita harus diperbaiki," ucap Iqbal.
Sementara itu, Wakil Gubernur NTB Indah Dhamayanti Putri menyatakan segara melakukan koordinasi dengan pemangku kepentingan terkait guna memastikan rumah singgah RSUD NTB bisa dimanfaatkan oleh masyarakat.
Pemerintah NTB bakal melibatkan Dinas Sosial untuk membahas persoalan rumah singgah tersebut.
*Perlu Direlokasi
Terpisah, Direktur RSUD NTB Lalu Herman Mahaputra atau Dokter Jack melaporkan bahwa kondisi rumah singgah saat ini sudah tidak representatif, sehingga perlu direlokasi agar menjadi lebih layak.
RSUD NTB sudah melakukan sosialisasi kepada pasien dan keluarga pasien. Para penghuni rumah singgah menyatakan sudah bersedia dan saat ini sudah proses pembangunan rumah singgah baru.
Dokter Jack berharap rumah singgah baru bisa mempermudah pasien dan keluarga pasien untuk menjangkau akses poli, rumah ibadah, area masak, dan lain sebagainya.
Menurutnya, provokasi yang dilakukan sebagian orang kepada para penghuni rumah singgah membuat proses relokasi tidak berjalan mulus.
"Kami mencoba siapkan akses yang lebih luas dan jalan masuk yang lebih mudah dan luas," tandas Dokter Jack. (R/L...).