FOTO. Dr. Yan Marli. |
MATARAM, BL - Hiruk-pikuk suara pasangan calon (Paslon) Wali Kota dan Wakil Wali Kota nomor urut 1, H Lalu Aria Dharma-H Weis Arqurnain atau AQUR untuk menggeser kedigdayaan paslon petahana Mohan Roliskana-TGH Mujiburahman atau HARUM di Pilkada Mataram 2024, kini mulai nyaring terdengar.
Bahkan, suara perubahan dengan tagline yang diusung paslon AQUR yakni, 'Membangun Kota Mataram dari Kampung' terlihat menggema di semua sudut lingkungan di ibukota provinsi NTB menjelang masa tenang Pemilukada Serentak, tanggal 24-26 November 20424.
Pengamat politik NTB Dr Yan Marli membenarkan bahwa dirinya telah juga mendengarkan suara arus bawah yang kini kian kencang mulai menggaungkan perubahan kepemimpinan di Kota Mataram.
Menurutnya, jika sudah simpul-simpul pemilih seperti tokoh masyarakat, tokoh agama, tokoh pemuda, dan lain-lain yang jarang bersuara. Kini mulai terdengar sayup-sayup mengalihkan dukungannya ke AQUR, tentunya Pilkada Kota Mataram akan melahirkan kejutan yang paradoks dengan data-data hasil survey lembaga survey.
"Adanya suara senyap perubahan yang mengalir deras di Kota Mataram. Fenomenanya, sangat mirip seperti yang pernah terjadi pada pilkada DKI Jakarta 2017 lalu. Yakni, keunggulan petahana yang sejak awal berdasarkan hasil survey tertinggi namun rontok dalam dua minggu sebelum hari pecoblosan," ujar Yan Marli dalam pesan tertulisnya, Sabtu 23 November 2024.
Mantan Komisioner KPU NTB ini, menegaskan bahwa adanya suara perubahan dimungkinkan, lantaran tagline yang diusung AQUR, sangat sesuai dengan jeritan dan kondisi yang dihadapi masyarakat yang kini kian terhimpit.
Terlebih, dari pantaunnya justru terlihat bahwa kerja tim pemenangan AQUR sangat ulet, masif dan terukur dalam menyampaikan gagasan ke semua lapisan masyarakat.
Selanjutnya, fakta yang ada juga adanya sambutan masyarakat terutama dilevel grass root yang menginginkan perubahan kian banyak jumlahnya.
"Jadi, sulit rasanya mencari argumen untuk tidak mengunggulkan AQUR sebagai pemenang Pilkada Kota Mataram," kata Yan lantang.
Menyinggung apakah Pilkada Jakarta 2017 akan terulang di Pilkada Kota Mataram 2024?. Yan mengaku, bahwa hal tersebut, justru menjadu fenomana yang sungguh sangat menarik untuk ditunggu hasilnya.
Sebab, berkaca dari atmosfir yang sangat menarik ini juga didukung oleh asumsi publik bahwa petahana sulit dikalahkan katena popularitas yang mencapai 90% lebih.
Namun, lanjut Yan, yang perlu dicatat bahwa dalam teori survey, popularitas memang pasangan calon tidak boleh kurang dari 80%.
Sebab, bila kurang maka sulit untuk bisa menang. Mengingat, popularitas bukan satu-satunya alat ukur untuk berani memastikan kemenangan, tapi harus dengan tingkat kepuasan minimal 60 % dan elektabilitas minimal 50%.
"Bila ketiga variabel ini tidak berjalan simetris, maka sekalipun petahana sangat mungkin untuk dikalahkan, lebih-lebih dalam konteks head to head seperti saat ini," tegas Yan.
Lebih lanjut dikatakannya bahwa faktor head to head sebenarnya bila dilihat dari sistim pemilu yang dipergunakan dalam menentukan paslon terpilih adalah paslon yang memperoleh 50+1 suara.
Yan menjelaskan bahwa sistem ini dikenal dengan istilah mayoritas absolut. Namun, bila paslon lebih dari dua, maka sistim yang akan berlaku sesuai norma undang-undang pemilihan. Yakni, UU Nomor 1 tahun 2015, UU Nomor 8 tahun 2015 dan UU Nomor 10 tahun 2016.
Hal ini, dikenal dengan istilah pluralitas relatif, yaitu paslon dengan perolehan terbanyaklah yang akan menjadi paslon pemenang.
Yan menambahkan, dengan memperhatikan faktor-faktor seperti jumlah paslon yang hanya dua, sistem pemilu yang akan dipergunakan untuk menentukan paslon pemenang, serta masif dan terukurnya kerja tim AQUR, tentunya paslon petahana akan kian meredup.
"Maka, kesimpulan saya, bahwa Pilkada Kota Mataram akan melahirkan kejutan yang paradoks dengan data-data hasil survey lembaga survey," tandas Yan Marli. (R/L..)