FOTO. Bambang Mei Finarwanto (kanan) dan Lalu Athari Fathullah. |
MATARAM, BL - Langkah Mantan Gubernur NTB dua periode Tuan Guru Bajang (TGB) HM Zainul Majdi yang kini terdaftar secara resmi sebagai Ketua Dewan Pembina Tim Pemenangan Pasangan Calon (Paslon) HM Syamsul Luthfi-H Abdul Wahid untuk Pilkada di Lombok Timur (Lotim), kini mulai menyiratkan tanda kejelasan arah dukungan politiknya.
Karena itu, langkah salah satu kandidat yang kerap memantik spekulasi bahkan mengklaim dukungan TGB semata demi mengais insentif elektoral, dipastikan bakal surut dengan sendirinya.
Direktur Lembaga Kajian Sosial dan Politik
M-16 Bambang Mei Finarwanto, mengaku bahwa dengan masuknya nama TGB dalam struktur pemenangan Paslon Pilkada Serentak 2024, tentunya hal tesebut mulai membuka pemahaman khalayak tentang posisi politik sesungguhnya dari Ketua Umum PB NWDI itu.
”Kadang, dalam dunia politik, diam lebih lantang daripada suara. Sebagai pemimpin yang bijak, TGB tahu kapan harus bicara, kapan menahan diri, dan kapan harus mengumumkan keputusan. Terutama ketika persahabatan diuji oleh ambisi politik," ujarnya pada wartawan, Senin 7 Oktober 2024.
Menurut Bambang, spekulasi terkait posisi politik TGB kini sudah tidak berguna. Posisi politik Ketua Harian Nasional Perindo tersebut sudah jelas. Yakni untuk tim pemenangan pasangan Lutfi-Wahid di Pilkada Lombok Timur.
Lantas bagaimana dengan posisi TGB di Pilgub NTB yang juga akan digelar serentak bersama Pilkada kabupaten/kota di NTB?. Menurut Bambang, posisi Gubernur NTB dua periode tersebut di Tim Pemenangan Lutfi-Wahid dinilainya sebagai bagian dari strategi. Sebab, tentu teramat penting untuk TGB menciptakan keseimbangan antara politik dan hubungan pribadi, terutama dalam situasi yang sensitif seperti Pilkada saat ini.
Yang jelas, Bambang menegaskan, dengan terlibat dalam tim pemenangan Lutfi-Wahid, dengan sendirinya bahwa posisi TGB di Pilkada serentak 2024 ini adalah memberikan dukungan penuh pada keluarganya yang maju dalam kontestasi. Kerja-kerja politik TGB bukanlah untuk orang lain.
Karena itu, dalam Pilgub NTB, posisi TGB jelas akan juga menjadi vote getter untuk pasangan Hj Sitti Rohmi Djalilah-HW Musyafirin atau Rohmi-Firin di Pilgub NTB.
Diketahui, Sitti Rohmi Djalilah dan HM Syamsul Lutifi merupakan saudara kandung TGB Muhamad Zainul Majdi.
”Dalam politik, kesetiaan itu diuji bukan hanya oleh kata-kata yang diucapkan, tapi juga oleh kata-kata yang dipilih untuk tidak diucapkan. Memilih waktu untuk menyatakan sikap dalam politik sama pentingnya dengan menjaga harmoni di antara mereka yang kita pedulikan. TGB melakukan itu," jelas Bambang.
Lebih lanjut dikatakannya bahwa khusus untuk pasangan Rohmi-Firin, ia menyebut bahwa hasil survei Poltrackking, menunjukkan pasangan Gubernur dan Wakil Gubernur perpaduan tokoh Pulau Lombok dan Pulau Sumbawa, yakni Rohmi-Firin, justru elektabilitasnya terus melesat dan berada di posisi teratas diposisi 33,5 % .
Sementara dua pasangan kandidat lainnya elektabilitasnya berada di bawah Rohmi-Firin, dan bahkan ada yang terus turun dan stagnan di posisi 20 persen.
”Jika tren ini terus terjaga, M-16 yakin sepenuhnya, pada Pilgub 2024 ini, pasangan Rohmi-Firin diambang Kemenangan dan akan membuat sejarah sebagai tokoh perempuan pertama yang akan memimpin Bumi Gora,” tegas Bambang.
Sebagai lembaga yang secara periodik melakukan roadshow untuk mendengar secara langsung apa yang diinginkan masyarakat di seluruh NTB. Dia mendaku bahwa kini mulai muncul antusiasme, ghiroh, dan semangat tinggi masyarakat NTB untuk sama-sama menjadi bagian dalam menciptakan sejarah mewujudkan kepemimpinan perempuan di NTB.
”Benar-benar jauh di atas ekspektasi kita. Masyarakat ingin menjadi bagian dari sejarah itu. Karena baru kali pertama ada sosok perempuan tampil di Pilgub NTB untuk posisi nomor satu,” ucap Bambang.
Selain itu, kinerja mesin partai politik pendukung dan Relawan Rohmi-Firin juga telah bekerja luar biasa menjadikan elektabilitas pasangan Rohmi-Firin tetap berada di posisi teratas.
Seperti diketahui, Rohmi-Firin didukung PDI Perjuangan, Partai Kebangkitan Bangsa, Partai Perindo dan Partai Ummat. PDI Perjuangan, dikenal sebagai partai ideologis dengan basis massa yang solid. Sementara PKB adalah partai berbasis Islam, tempat kaum Nahdyiyin – sebutan untuk warga Nahdlatul Ulama (NU) – berhimpun. Seperti diketahui, NU adalah Ormas Islam terbesar di tanah air.
Selain itu, dukungan dari tokoh-tokoh di tingkat lingkungan, tingkat desa, yang terus menguat juga berkontribusi besar pada elektabilitas Rohmi-Firin.
Di mana, tokoh-tokoh di tingkat lingkungan dan di tingkat desa, memiliki kedekatan emosional dan sosial yang sangat kuat dengan masyarakat, karena keterlibatan mereka dalam kehidupan sehari-hari warga.
Dukungan dari para tokoh ini, kata Bambang, sering kali diterima dengan lebih personal dan emosional oleh masyarakat, karena mereka memahami secara langsung kebutuhan dan aspirasi warga secara langsung.
Tokoh-tokoh ini juga mampu menjelaskan program-program atau visi misi Rohmi-Firin secara lebih mudah dipahami oleh warga, yang mungkin tidak terlalu mengikuti isu-isu politik pada level yang lebih tinggi.
”Jangan lupa, tokoh-tokoh di tingkat lingkungan dan desa ini sering kali juga memiliki otoritas sosial yang diakui oleh masyarakat. Dukungan mereka untuk pasangan Rohmi-Firin memberikan legitimasi sosial dan simbolik yang tidak bisa dianggap remeh,” ungkap Bambang.
Oleh karena itu, dalam banyak kasus, masyarakat cenderung mempercayai pilihan dari tokoh-tokoh di lingkungan dan di tingkat desa, lantaran mereka dianggap sebagai panutan, sehingga mampu membentuk pola pikir dan keputusan warga.
”Dukungan dari tokoh-tokoh di tingkat lingkungan dan desa ini benar-benar telah menjadi aset strategis bagi pasangan Rohmi-Firin. Mereka adalah penghubung antara pasangan Rohmi-Firin dengan masyarakat,” urai Bambang.
Senada Bambang. Sekretaris M-16 Lalu Athari Fathullah menyakini sepenuhnya betapa kini tren peningkatan kedewasaan masyarakat dalam menentukan pilihan terus membesar. Termasuk di NTB. Hal ini kata Athar, ditandai oleh beberapa indikator yang memperlihatkan bahwa pemilih tidak lagi mudah terpengaruh oleh politik identitas atau janji manis yang dangkal. Tetapi lebih mempertimbangkan faktor rasional dan obyektif.
Banyak pemilih, kini cenderung melihat rekam jejak dan kinerja nyata dari calon kepala daerah. Alih-alih tergiur oleh janji-janji populis, pemilih mulai mempertimbangkan pengalaman, prestasi, dan bukti konkret yang sudah ditunjukkan oleh kandidat dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Bagaimana rekam jejak Rohmi selama lima tahun terakhir sebagai Wakil Gubernur NTB yang berada di garis depan mewujudkan pelayanan publik dan ekonomi daerah rupanya terekam di benak masyarakat. Pun bagaimana dua periode kepemimpinan Musyafirin di Kabupaten Sumbawa Barat yang tak cuma mendapat pengakuan di daerah, tapi juga secara nasional juga rupanya dicatat oleh masyarakat.
”Ini adalah perkembangan positif yang akan meningkatkan kualitas kepemimpinan daerah di masa depan. Bakal mendorong proses demokrasi yang lebih sehat dan berintegritas,” beber Athar.
Hal lain yang juga turut menjadikan elektabilitas pasangan Rohmi-Firin konsisten berada di nomor wahid adalah dengan bekerjanya sel-sel pemenangan pasangan TGB-Amin dalam Pilgub NTB 2013.
Yakni, lanjut Athar, bahwa sel-sel pemenangan tersebut kini bergerak untuk menggalang dukungan bagi pasangan Rohmi-Firin. Di mana, , hal itu telah terbukti memberi kemenangan untuk pasangan TGB-Amin hingga 42 persen pada Pilgub NTB 2013.
Namun begitu, kendati sedang berada di atas, baik Bambang dan Athar mengingatkan agar pasangan Rohmi-Firin tidak terlena. Sebab, tantangan masih ada. Bahkan secara jelas terpampang di depan mata. Didu misalnya mengungkapkan, bagaimana pasangan Rohmi-Firin masih perlu lebih serius untuk turun menyapa masyarakat di Kota Mataram.
Sebagai Ibu Kota Provinsi NTB, Kota Mataram dijelaskan Bambang, memiliki nilai simbolis yang kuat. Sebagai pusat pemerintahan dan perekonomian, Mataram adalah barometer keberhasilan politik. Kandidat yang berhasil meraih suara tinggi di ibu kota menunjukkan bahwa mereka memiliki daya tarik yang kuat di wilayah yang sering dianggap sebagai pusat kekuasaan dan pengaruh politik. Ini memberikan kesan bahwa mereka memiliki legitimasi lebih besar di mata pemilih luas.
Selain itu, kemenangan di ibu kota menunjukkan bahwa kandidat memiliki strategi kampanye yang efektif, mampu menarik berbagai segmen pemilih, mulai dari kaum profesional, pekerja, hingga kaum urban dengan pendidikan tinggi.
Di sisi lain, Kota Mataram adalah pusat media dan perhatian publik. Oleh karena itu, meraih suara signifikan di wilayah ini tidak hanya membantu dari sisi perolehan suara, tetapi juga memberikan momentum publisitas yang besar.
“Meraih suara signifikan di Ibu Kota Provinsi bukan hanya soal angka, tapi juga soal pengaruh. Siapa yang menguasai pusat, menguasai panggung utama politik daerah,” tandas Bambang. (R/L..).