Oleh. Khaeruman (Program Doktoral Prodi Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Ganesa) |
TRADISI Nyongkolan adalah salah satu warisan budaya suku Sasak di Lombok yang memiliki nilai sosial dan budaya tinggi. Sebagai prosesi adat dalam upacara pernikahan, Nyongkolan menggambarkan kebersamaan, gotong royong, serta penghormatan terhadap adat dan leluhur.
Dalam tradisi ini, pengantin beserta keluarga diarak dari rumah pengantin pria menuju rumah pengantin wanita dengan iringan musik tradisional dan diikuti oleh kerabat serta masyarakat sekitar.
Namun, di era modern yang ditandai oleh kemajuan teknologi dan globalisasi, tradisi seperti Nyongkolan menghadapi tantangan besar dalam pelestariannya.
Kemajuan teknologi informasi dan komunikasi telah mengubah cara masyarakat berinteraksi dan memandang budaya lokal. Banyak tradisi yang mulai terpinggirkan atau tergerus oleh budaya populer dan gaya hidup modern, terutama dikalangan generasi muda.
Teknologi digital yang semakin mendominasi kehidupan sehari-hari menimbulkan kekhawatiran akan terputusnya hubungan generasi muda dengan tradisi dan kearifan lokal. Tradisi Nyongkolan tidak hanya sekadar prosesi adat, tetapi juga cerminan identitas budaya yang memiliki makna mendalam dalam masyarakat Sasak.
Oleh karena itu, tantangan utama yang dihadapi adalah bagaimana mempertahankan relevansi tradisi ini di tengah derasnya arus globalisasi dan kemajuan teknologi.Namun, kemajuan teknologi juga membawa peluang baru bagi pelestarian tradisi.
Teknologi digital dapat dimanfaatkan untuk mendokumentasikan, mengarsipkan, dan mempromosikan budaya lokal seperti Tradisi Nyongkolan kepada generasi muda dan masyarakat yang lebih luas. Media sosial, video, dan aplikasi berbasis pendidikan dapat menjadi jembatan antara tradisi dan generasi digital, memungkinkan mereka untuk tetap terhubung dengan budaya leluhur mereka.
Selain itu, integrasi tradisi Nyongkolan dalam pendidikan, khususnya pendidikan karakter berbasis kearifan lokal, dapat menjadi langkah strategis untuk mengajarkan nilai-nilai moral, kebersamaan, dan identitas budaya kepada anak-anak dan remaja.
Oleh karena itu, kajian ini bertujuan untuk mengeksplorasi bagaimana Tradisi Nyongkolan dapat dipertahankan dan dilestarikan dalam konteks kemajuan teknologi dan globalisasi.
Selain itu, kajian ini juga akan membahas potensi integrasi tradisi ini ke dalam pendidikan berbasis kearifan lokal untuk memperkuat karakter generasi muda, sehingga tradisi dan nilai-nilai budaya lokal dapat tetap relevan dan berkembang di masa depan.
*Nilai-Nilai Sosial dan Budaya dalam Tradisi Nyongkolan
FOTO. Masyarakat terlihat antusias mengantarkan pengantin. |
Tradisi Nyongkolan memiliki nilai-nilai sosial dan budaya yang sangat kuat, yang mencerminkan kehidupan masyarakat Sasak di Lombok.
Berikut adalah ringkasan terkait nilai-nilai tersebut:Gotong Royong dan Kebersamaan: Nyongkolan melibatkan partisipasi aktif keluarga, kerabat, dan tetangga dalam prosesi pernikahan.
Masyarakat bersama-sama mengiringi pengantin sebagai bentuk dukungan dan kebersamaan, yang mencerminkan semangat gotong royong dalam kehidupan sosial masyarakat Sasak.
Penghormatan Terhadap Adat dan Leluhur: Tradisi ini mencerminkan penghormatan terhadap adat dan leluhur. Di mana, prosesi Nyongkolan dilakukan dengan mengikuti aturan adat yang telah diwariskan turun-temurun, menjaga identitas budaya masyarakat Sasak dan menghormati nilai-nilai yang diwariskan oleh generasi terdahulu.
Identitas Budaya Lokal: Nyongkolan menjadi simbol identitas budaya suku Sasak, menegaskan keunikan tradisi lokal Lombok yang berbeda dari budaya lain. Prosesi ini tidak hanya penting secara ritual, tetapi juga sebagai sarana untuk menunjukkan keindahan dan kekayaan budaya Sasak kepada masyarakat luas.
Persatuan dan Solidaritas Komunitas: Partisipasi aktif masyarakat dalam acara ini memperkuat rasa persatuan dan solidaritas antar anggota komunitas.
Tradisi ini mengajarkan pentingnya hubungan antarindividu dalam masyarakat yang saling mendukung dan menjaga kebersamaan.
*Dampak Modernisasi dan Teknologi terhadap Pelestarian Tradisi Nyongkolan
FOTO. Musik tradisional Gendeng Belek yang ikut mengiringi ritual Nyongkolan para penganten Suku Sasak. |
Modernisasi dan kemajuan teknologi telah membawa dampak yang signifikan terhadap kehidupan sosial, termasuk dalam pelestarian tradisi budaya lokal seperti Nyongkolan di Lombok.
Dampak tersebut bisa bersifat positif maupun negatif, tergantung pada cara masyarakat beradaptasi dengan perubahan zaman.
Perubahan Gaya Hidup dan Nilai Budaya; Modernisasi telah mengubah pola hidup masyarakat, terutama dikalangan generasi muda. Kehidupan yang semakin cepat, individualistik, dan terfokus pada teknologi digital sering kali membuat tradisi seperti Nyongkolan dianggap kuno atau tidak relevan.
Generasi muda cenderung lebih tertarik pada budaya populer global daripada terlibat dalam upacara adat yang penuh dengan simbolisme dan ritual.
Akibatnya, partisipasi masyarakat dalam prosesi Nyongkolan dapat berkurang, yang mengancam keberlanjutan tradisi ini.
Penurunan Keterlibatan Generasi Muda; Teknologi digital, seperti media sosial dan hiburan daring, telah menjadi bagian integral dari kehidupan generasi muda. Mereka lebih banyak terhubung secara virtual daripada dalam kegiatan sosial langsung, yang menyebabkan keterasingan dari tradisi-tradisi lokal.
Ketertarikan pada acara adat seperti Nyongkolan berpotensi menurun karena dianggap memakan waktu dan kurang menarik dibandingkan aktivitas yang didukung oleh teknologi. Ini mengarah pada potensi kehilangan makna dan penurunan keterlibatan generasi penerus dalam menjaga tradisi tersebut. Modernisasi dan kemajuan teknologi membawa tantangan dan peluang yang seimbang bagi pelestarian Tradisi Nyongkolan.
Di satu sisi, perubahan gaya hidup dan keterasingan generasi muda dapat mengancam eksistensi tradisi ini, namun di sisi lain, teknologi juga menawarkan cara baru untuk melestarikan dan memperkenalkan tradisi kepada khalayak yang lebih luas.
Oleh karena itu, diperlukan strategi yang tepat untuk mengintegrasikan teknologi tanpa kehilangan esensi budaya, sehingga Tradisi Nyongkolan dapat terus diwariskan ke generasi berikutnya dalam bentuk yang relevan dengan konteks zaman modern.
*Integrasi Teknologi dalam Pelestarian dan Pembelajaran Tradisi Nyongkolan
Tradisi Nyongkolan, sebuah prosesi adat pernikahan masyarakat Sasak di Lombok, menghadapi tantangan di era modern akibat kemajuan teknologi dan perubahan gaya hidup masyarakat.
Generasi muda cenderung lebih terhubung dengan budaya global melalui teknologi digital, sehingga tradisi lokal seperti Nyongkolan berisiko terpinggirkan.
Namun, di sisi lain, teknologi menawarkan peluang besar untuk pelestarian tradisi ini. Melalui dokumentasi digital, media sosial, dan aplikasi berbasis pendidikan, Tradisi Nyongkolan dapat disebarluaskan, diakses, dan dipelajari oleh generasi muda serta masyarakat yang lebih luas, sehingga menjaga relevansi tradisi ini di tengah arus globalisasi.
Integrasi teknologi dalam pembelajaran Tradisi Nyongkolan juga membuka peluang baru dalam pendidikan. Aplikasi interaktif, platform e-learning, serta teknologi imersif seperti Virtual Reality (VR) dapat digunakan untuk mengajarkan nilai-nilai budaya lokal dengan cara yang menarik dan interaktif.
Penggunaan teknologi ini tidak hanya membantu menjaga tradisi agar tetap hidup di era digital, tetapi juga memungkinkan generasi muda terhubung dengan akar budaya mereka dalam konteks yang lebih modern, tanpa kehilangan esensi tradisi tersebut.
*Peluang Penerapan Tradisi Nyongkolan dalam Pendidikan Karakter Berbasis Kearifan Lokal
Penerapan Tradisi Nyongkolan dalam pendidikan karakter berbasis kearifan lokal menawarkan peluang besar untuk membentuk kepribadian generasi muda yang kuat dan berakar pada nilai-nilai budaya.
Tradisi Nyongkolan mengajarkan nilai-nilai seperti gotong royong, kebersamaan, dan penghormatan terhadap adat serta leluhur, yang relevan dengan pembentukan karakter siswa di sekolah.
Dengan mengintegrasikan tradisi ini ke dalam kurikulum pendidikan, siswa tidak hanya diajarkan tentang aspek budaya, tetapi juga dilatih untuk menghargai nilai-nilai moral seperti kerja sama, tanggung jawab sosial, dan penghormatan terhadap keberagaman.
Hal ini penting dalam upaya membangun identitas diri yang kuat di tengah pengaruh budaya global. Selain itu, Tradisi Nyongkolan dapat diadaptasi menjadi bahan ajar yang interaktif dan menarik, misalnya melalui proyek kelompok, kegiatan simulasi, atau penugasan lapangan yang melibatkan komunitas lokal.
Dengan cara ini, siswa tidak hanya belajar secara teoritis tetapi juga mengalami langsung bagaimana nilai-nilai tradisi diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Integrasi tradisi ini ke dalam pendidikan karakter juga dapat membantu siswa untuk lebih mengenal dan mencintai budayanya sendiri, yang pada akhirnya akan mendorong pelestarian tradisi tersebut dalam jangka panjang.
Keterlibatan aktif dalam tradisi lokal juga dapat memperkuat keterikatan sosial siswa dengan komunitas mereka, serta membangun rasa tanggung jawab dalam menjaga keberlangsungan budaya lokal. (**).