Oleh; Jumarim (Jamaah kloter 1 LOP) |
Alhamdulilah tsuma alhamdulillah rabbil alamin atas nikmat luar biasa diberikan kepada kami khususnya Jamaah Haji Indonesia Kloter 1 LOP sebanyak 393 orang beserta petugas haji. Keberangkatan kami dilepas oleh Irjen Kemenag RI pada pagi hari Minggu Tanggal 12 Mei 2024 dan akhirnya diterima kembali kepulangan kami pada jam, hari dan tempat yang sama; Minggu, 22 Juni 2024 di Aula Bir Ali 1 Asrama Haji Lombok dalam keadaan sehat wal afiat semuanya. Semoga kami mendapatkan haji yang mabrur.
Secara pribadi, saya perlu menyampaikan terima kasih kepada Gusmen KH. Yaquth Cholil Qaumas atas kerja keras dan kinerja luar biasanya dalam bidang haji yang dipersembahkan untuk sebesar-besarnya bagi keselamatan dan kenyamanan jamaah haji, termasuk keberangkatan saya bersama istri dan Ibu kandung untuk menunaikan ibadah haji tahun 2024/1445.
Kebijakan tranformasi digital dalam segala lini oleh Gus Men termasuk dalam bidang haji membuat semua orang bisa mengetahui posisi antriannya untuk keberangkatan haji secara transparan. Melalui platform “Haji Pinter” saya bersama istri pada akhir tahun 2023 masih terpantau sebagai calon jamaah haji untuk keberangkatan tahun 2025.
Namun ketika ada kebijakan apresiatif dari Kerajaan Saudi Arabia (KSA) tentang penambahan kuota haji tahun 2024 seketika membuat posisi antrian saya bergeser maju menjadi calon jamaah haji tahun 2024.
Sejak ditetapkan sebagai calon jamaah haji tahun 2024, melalui aplikasi “Haji Pinter” kami dengan mudah bisa mengetahui alur dan tahapan hingga pelunasan. Salah satu tahapan penting dan merupakan kebijakan inovatif Gus Men bersama Menteri Kesehatan RI adalah “isthitho’ah”.
Setiap calon jamaah haji tahun 2024 harus melalui proses pemeriksaan Kesehatan secara menyeluruh (general chek-up) di fasilitas Kesehatan pemerintah hingga mendapatkan status “isthitho’ah” --yang juga dapat dipantau melalui aplikasi “haji pinter”—sebagai persyaratan mutlak untuk melakukan pelunasan di semua bank yang menangani penyetoran biaya ibadah haji.
Di lapangan, kabijakan “isthitho’ah” ini banyak menuai protes di samping karena factor procedure pemeriksaan yang panjang juga faktor adanya biaya tambahan, apalagi menjadi factor utama bagi sebagian calon jamaah haji menjadi gagal berangkat tahun 2024. Akhirnya banyak pihak tercengang, terjadi penurunan angka kematian jamaah haji secara signifikan antara tahun 2023 dan tahun 2024.
Data Kementerian Agama menyebutkan bahwa jumlah jamaah haji wafat di Saudi Arabia tahun 2023 sebanyak 773 dan menjadi jumlah tertinggi sepanjang penyelenggaraan haji. Sedangkan data jamaah haji Indonesia yang wafat pasca puncak haji tahun 2024 (data tanggal 28 Juni 2024) sebanyak 331 orang.
Dalam waktu singkat sejak keluarnya isthitho’ah dan pelunasan saya bersama istri, saya mendapatkan kebijakan baru Gus Men tentang alokasi quota jamaah penggabungan, dimana jamaah yang sudah berstatus “isthitho’ah” dan sudah pelunasan dapat menarik jamaah yang belum masuk quota tahun 2024 dengan alasan sebagai muhrim selama memenuhi dua persyaratan pokok :
Pertama, antara jamaah yang menarik dan ditarik memiliki hubungan perkawinan yakni suami-istri dan atau hubungan nasab/darah yakni anak dan orangtua kandung.
Kedua, pihak yang ditarik sudah mendaftar haji minimal 5 tahun sebelum tahun 2024. Alhamdulillah, ibu kami mendapatkan status “isthitho’ah dengan pendampingan” dan berhak melakukan pelunasan di injury time.
Keluarnya status “isthitho’ah” dan lunasnya BPIH ibu saya menjadi kebahagiaan keluarga besar kami namun pada sisi lain ada beban psikologis bagi kami bersama istri, karena bertambahnya beban dan tanggungjawab, karena ibu kami masuk kategori jamaah lanjut usia (Lansia), resiko tinggi (Resti), dan pengguna kursi roda (defable).
Bismillah, Hari Sabtu pagi, tanggal 11 Mei 2024 kami berangkat dari rumah menuju kantor pemerintah Kota Mataram dikawal oleh warga, termasuk ikut serta mendorong kursi roba yang dipakai oleh ibu.
Pelepasan yang ditandai dengan mushafahah (bersalam-salaman) semua jamaah dengan wali kota dan jajarannya sambil naik bus yang telah disiapkan, dibantu petugas tim medis yang ramah dan siaga untuk Lansia dan defable.
Alhamdulillah harapan dan doa kami agar dipermudah dalam membawa orangtua terus diijabah oleh Allah melalui sikap sigap dan santun para tenaga medis dari kota Mataram termasuk sikap ramah dan santun para petugas/panitia haji yang dipersiapkan oleh Kanwil Kementerian Agama NTB hingga kami bersama ibu tercinta berada di atas seat pesawat secara mudah dan nyaman.
Pesawat Garuda yang membawa kami terbang dari bandara Internasional Lombok landing dengan aman dan nyaman di Bandara internasional Pangeran Mohammad bin Abdul Aziz Madinah pada hari senin sore tanggal 13 Mei 2024. Sambil mengucapkan alhamdulillah atas keselamatan penerbangan kami, juga terus berdoa semoga ada pihak yang membantu orangtua kami dalam perjalanan menuju hotel di Madinah.
Keluar dari kabin pesawat Garuda kami bertemu dengan pasukan berseragam lengkap; sepatu, celana hitam, baju putih berkerahkan kain motif batik, mengenakan topi hitam dan juga rompi hitam bertulsikan “PETUGAS HAJI INDONESIA” yang siap menyambut dan melayani kami terutama jamaah Lansia dan defable….dari penurunan di pesawat hingga pengurusan dokumen imigrasi dan naik ke bis kami masing-masing.
Di setiap pintu keluar-masuk masjid al-nabawi serta beberapa lokasi bersejarah di Madinah al-munawwarah sudah terdapat pasukan PETUGAS HAJI INDONESIA; laki dan perempuan yang siap menerima aduan dan menyelesaikannya termasuk memanggilkan ketua kloter dan atau mengantar jamaah yang tersesat ke maktabnya masing-masing.
Di Madinah saya agak gelisah setelah mendapatkan informasi valid bahwa tidak bisa masuk ke raudhah dan makam Rasulullah tanpa menggunakan aplikasi nusuk. Mungkinkah saya bisa mendaftarkan ibu dan istri saya agar bisa mendapatkan waktu kunjung yang bersamaan ke raudhah jika mendaftar menggunakan aplikasi nusuk?.
Masya Allah wa al-hamdulillah, di tengah kegelisahan itu, datang kabar dari ketua TPIH kami bahwa semua jamaah kloter 1 LOP Mataram sudah didaftarkan untuk masuk raudhah dan ziarah makam Rasulullah dan sahabatnya di Masjid Nabawi menggunakan tashreh haji secara kolektif, sesuai kebijakan baru pihak Kerajaan Saudi Arabia yang sejalan dengan kebijakan transformasi digital Gus Men.
Tiba di Makkah pada tanggal 21 Mei 2024, di Hotel Romance Elite daerah Rei Bakhsy. Di Depan hotel terdapat bendera Kerajaan Arab Saudi dan Bendera Merah Putih Indonesia dengan bertuliskan Nomor hotel 1106 kami disambut meriah oleh petugas Haji Indonesia dan petugas dari Kerajajan Saudi Arabia.
Di hotel ini kami bersama 6 kloter dari Lombok dan Balikpapan, sekitar 2400 jamaah. Di depan hotel standby Petugas Haji Indonesia yang bertugas melayani jamaah baik yang terlantar maupun memfasilitasi jamaah yang mau bepergian menggunakan bus sholawat ataupun taxi. Di terminal Ajyad dan sepanjnag jalan dari terminal menuju masjidil haram bahkan di dalam areal masjidil haram tersebar dan menyebar petugas berseragamkan Petugas Haji Indonesia yang siap memberikan pelayanan.
Separuh terminal Ajyad dipenuhi bus sholawat khusus untuk melayani jamaah haji Indonesia dengan beragam rute sesuai lokasi penginapan jamaah. Bagi jamaah haji Lansia dan Defable atau pengguna kursi roda yang membutuhkan pelayanan khusus untuk thawaf dan sa’I, petugas Haji Indonesia siap memfasilitasinya dengan petugas-petugas khusus yang standby di masjidil haram, namun harus menambah biaya sesuai kesepakatan.
Saya berguman dalam bathin saya…tidak ada alasan bagi jamaah haji Indonesia untuk tersesat apalagi hilang selama memelihara id card yang diberikan baik kartu jamaah maupun gelang tangan dan mau melaporkan dirinya ke Petugas Haji Indonesia, bahkan pelayanan transfortasi oleh pemerintah Indonesia jauh lebih baik di Mekkah-Madinah dibandingkan di daerah kami masing-masing di tanah air, baik kualitas maupun kuantitasnya. Luar biasa pemerintah menyelenggarakan haji!!
Selama hampir 1 bulan kami di Madinah dan Mekkah difasilitasi beribadah dan ziarah dengan mudah, bahkan tidak merasa terbebani dengan menjadi muhrim bagi istri dan sekaligus ibuku yang bekursi roda. Namun, masih terbayang dan terngiang beratnya aktivitas sambil menjadi muhrim ibu di puncak acara haji di Arofah, Muzdalifah dan Mina (ARMUZNA).
Terbayang prosesi turun naik bus secara berdesakan dengan intensitas tinggi mulai dari hotel ke Arofah, arofah ke muzdalifah, muzdalifah ke Mina dengan tempat tinggal terbatas dalam tenda serta keterbatasan kamar mandi dan toilet.
Namun alhamdulillah di tengah pro kontra fatwa hasil ijtima’ komisi fatwa MUI tentang Haramnya salam lintas agama dan bayangan beratnya pelaksanaan ibadah haji di ARMUZNA muncul fatwa PBNU tentang kebolehan Wuquf di Arofah bi al-safari, mabit di Muzdalifah dengan mekanisme murur serta mabit di Mina dengan pola tanazzul, yang kesemuanya didedikasikan untuk keterlaksanaan ibadah haji sekaligus terpeliharanya keselamatan jiwa jamaah haji.
Berhembus ke telinga kami melalui TPIH ada alternatif bagi jamaah yang sakit keras dan ofname di rumah sakit untuk mengikuti wuquf bi al-safari, juga bagi jamaah lansia, resti dan defable serta pendampingnya untuk didata menjadi jamaah mabit di muzdalifah dengan cara murur dan jamaah Haji Indonesia yang bertempat tinggal dekat dengan Mina agar mabitnya dengan cara tanazzul sehingga memberikan kelonggaran lokasi bagi jamaah Indonesia di kawasan perkemahan Mina, yang semakin sempit seiring dengan bertambahnya kuota haji bagi Indonesa setiap tahunnya.
Sejak tanggal 5 Dzul Hijjah kami sudah tidak intens beribadah ke masjidil Haram karena Bus Sholawat berhenti dioperasikan demi menjaga Kesehatan dan stamina jamaah untuk persiapan pelaksanaan puncak haji di ARMUZNA.
Hari Jumat tanggal 8 Dzul Hijjah pagi kami diberangkat dari Hotel menuju Arofah dengan pemeriksaan super ketat menggunakan kartu nusuk berbasis barcode. Prosesi naik bus diurut berdasarkan romobongan dengan mendahulukan jamaah lansia, resti dan defable serta pendamping dan sebaliknya pada saat menurunkan penumpang di Arofah.
Berada dalam tenda yang layak untuk berteduh guna duduk tafakkur bermunajat ke hadirat Allah sebagai puncak ritual wuquf di arofah sekaligus puncak ritual haji dalam posisi memakai ihram dapat kami lalui selama kurang lebih 34 jam dari sejak memasuki waktu zuhur hari Jumat hingga Sabtu malam hingga naik bus menuju Mina sambil murur di Muzdalifah.
Tiba di Mina Pukul 02.00 dini Hari pada hari Minggu hingga hari Selasa pagi dengan menempati 1 tenda untuk 1 kloter yang berjumlah 393 jamaah dengan beralaskan karpet, kasur dan bantal disertai alat pendingin ruangan. Beragam latar belakang social ekonomi dan budaya namun menyatu dalam maksud dan tujuan yakni bermunajat kepada Allah sebagai puncak haji membuat kami qonaah dengan kondisi yang ada.
Demikian pula dengan keterbatasan kamar mandi dan toilet, namun alhamdulillah semuanya terlayani dengan mekanisme antri dan alami. Di tengah keterbatasan fasilitas tenda dan kamar mandi yang disediakan pihak Masyariq selama di ARMUZNA, mereka sangat maksimal dalam pelayanan bidang konsumsi baik makan pokok 3 kali sehari dengan tepat waktu serta pendistribusian snack, soft drink dan buah-buahan yang hampir tak habis dikonsumsi jamaah.
Solidaritas antar jamaah yang terorganisir dalam bentuk kloter, rombongan dan regu menjadi sangat kuat terutama dalam bantu-membantu melaksanakan bentuk ritual haji yang bisa diwakilkan seperti lempar jumrah. Jamaah yang mendata dirinya melalui regu dan rombongan yang tidak mampu melakukan perjalanan lempar jumrah secara surela dibagi kepada jamaah yang sehat untuk mewakili jamaah yang tak mampu, sehingga kesan adanya jamaah yang lemah fisiknya banyak mengeluarkan biaya dan yang sehat fisiknya cenderung menjadikan wakalah lempar jumrah menjadi ajang cari real justru terhindar dalam kloter kami.
Balik ke hotel pasca puncak haji yang berat dengan fasilitas terbatas justru sangat terasa dalam membetuk kesolehan social kami dalam bentuk solidaritas dan kebersamaan. Ketertiban naik bus dari Mina ke Hotel menjadi tertib dengan mengutamakan jamaah lansia, resti dan defable beserta pendampingnya. Demikian pula ketika sampai hotel, kekompakan kami terus terawat dengan bersama-sama iuran agar bisa menumpangi mini bus yang membawa kami ke masjidil haram untuk pelakasanaan tawaf ifadah dan sa’I disaat bus sholat masih belum dioperasikan pada tanggal 12 dan 13 Dzul Hijjah.
Kami merasakan sulitnya tranfortasi pada tanggal 12 dan 13 Dzul Hijjah di Makkah terutama bagi jamaah gelombang pertama yang terpaksa mengambil nafar awal. Momen ini betul-betul dimanfaatkan oleh sopir taxi untuk menaikkan tarif semaunya. Berharap ke depan, pemerintah lebih baik memperpanjang masa istirahat ke masjidil haram sebelum berangkat ke arofah dengan menghentikan operasional bus sholawat, namun mempercepat kembali beroperasinya bus sholawat sejak tanggal 12 Dzul Hijjah guna melayani jamaah yang mengambil nafar awal.
Alhamdulillah hari Jumat tanggal 21 Juni 2024 kami didrop ke bandara Internasioal Jeddah dan diterbangkan menggunakan pesawat Garuda menuju Bandara Internasional Lombok. kami datang disambut riang gembira oleh petugas di BIL, di asrama haji dan oleh masyarakat dan kleuarga besar kami masing-masing. Group Whatsapp kami masih aktif, undangan pertemuan dan silaturrahmi terus bergantian bahkan meminta agar WAG diabadikan sebagai ruang komunikasi persaduaraan haji antara sesama jamaah dalam satu kloter.
Terima kasih Gusmen atas inovasi beranimu yang kau dedikasikan sebesar-besarnya untuk keselamatan dan kenyamanan jamaah haji. Berani menjadikan fakta dan data sebagai basis perbaikan kebijakanmu dalam bidang prosedur dan administrasi, memaksimalkan hasil investigasi dan koordinasi sebagai basis aksimu dalam bidang pelayanan serta ketawadhu’anmu meminta fatwa ulama sebagai basis tindakanmu menjaga keselamatan jamaah dalam bidang ritual haji.
Saya baca komentar temen-temen di media social ada yang nyinyir berkaitan dengan peran kementerian agama yang kurang maksimal namun ada juga yang menyanjung….tapi bagi kami jamaah terutama saya yang menjadi muhrim bagi istri dan ibu saya merasakan hebat dan dahsyatnya peran petugas haji maupun kebijakan-kebijakan strategis yang dikomandani langsung oleh Gus Men disertai Sekjen, Irjen dan para Dirjen serta para staf khusus Menteri Agama. Jika dicari-cari kesalahan apalagi kekurangan itu pasti ada, terutama dari sisi fasilitas baik di hotel maupun di tenda-tenda di ARMUZNA.
Tetapi kekurangan-kekuranagan bersifat relative, bahkan menurut saya keterbatasan yang tidak sampai menghilangkan kebutuhan pokok (dharuriyyah) manusia itulah yang membuatkan kita bisa berasa berusaha menggapai haji mabrur karena terlatih untuk menjadi lapang dada serta terbuka dalam menerima perbedaan bahkan terhindar jauh dari nafsu perzinahan.
Sekali lagi terima kasih Gus Men. Penambahan jumlah kuota haji oleh Kerajaan Saudi Arabia adalah hadiah atas keberhasilan Gus Men mengelola jamaah haji Indonesia yang menjadi jamaah haji terbanyak sedunia, jamaah yang paling ramah, rapi dan bertanggungjawab di tanah suci sehingga menjadi pemegang andil kesuksesan puncak haji di ARMUZNA yang menjadi kewajiban dan tanggungjawab pihak Kerajaan Saudi Arabia.
Kami percayakan kepadamu dan timmu Gus Men untuk mengelola penyelenggaraan haji ini menuju ke arah yang lebih sempurna dan paripurna. Semoga jamaah yang masih di Makkah maupun Madinah tetap sehat wal afiat dan kepada semua petugas tetap semangat semoga kalian tetap sehat dan semoga pengabdianmu untuk jamaah adalah ibadahmu yang menunjang kemabruran hajimu juga.