FOTO Bambang Mei Finarwanto |
MATARAM, BL - Kendati sudah banyak figur calon gubernur hingga calon wakil gubernur NTB bermunculan. Sayangnya, ajang lima tahunan ini, justru dinilai masih miskin ide dan gagasan.
Adalah, Direktur Lembaga Kajian Sosial Politik M-16 Bambang Mei Finarwanto yang menyebut hal itu.
Menurut dia, dari pantauannya hingga kini, belum melihat komitmen serius dari sejumlah nama yang bakal maju berkontestasi di Pilgub NTB 2024.
"Justru isu yang dibangun terkesan elitis dan berjarak dengan isu kerakyatan," kata dia, Sabtu 4 Mei 2024..
Para bakal calon Gubernur NTB hanya sebatas melontarkan jargon yang tidak secara spesifik membranding isu kerakyatan, tentang problem yang menyangkut hajat hidup orang banyak.
"Terlalu monoton sehingga publik tidak memiliki second opini terhadap gagasan dan pemikiran pembaharuan," ujar Bambang..
Meski demikian poros pasangan calon mulai terbentuk sejak deklarasi Zulkieflimansyah dan Sitti Rohmi Djalillah untuk Zul-Rohmi Jilid II.
Zul-Rohmi merupakan duet Gubernur dan Wakil Gubernur NTB periode 2018-2023.
"Jika Zul Rohmi jilid II benar adanya maka sulit dikalahkan karena elektabilitas dan popularitaanya sangat kuat," ulasnya.
Walau begitu, Bambang masih meyakini akan adanya kejutan dari bakal pasangan calon lainnya. Yakni kandidat yang mampu menawarkan antitesa dari pasangan petahana.
"Peluang penantang petahana memenangkan Pilgub NTB tetap terbuka asal tetap rendah hati dengan rajin turun ke masyarakat, tidak merasa superior sendiri," ulasnya.
Bercermin pada Pilgub NTB 2018 yang mana Zul-Rohmi sebagai paslon underdog tetap malah keluar sebagai pemenang dengan raihan suara hingga 31 persen.
"Resepnya Zul Rohmi saat itu rajin jalan menemui rakyat sehari 15 - 30 titik setiap hari," kata Bambang.
Didu melihat adanya determinan sebagai penantang Zul-Rohmi yang benar-benar siap maju dan bertarung dalam Pilgub NTB 2024.
"Beberapa Paslon sudah mendaftar tapi parpol belum memastikan secara jelas dan tegas siapa jagoannya di Pilgub NTB mendatang," ucap Bambang.
Masih berjaraknya keinginan antara Cagub NTB dengan Parpol bisa jadi karena belum adanya kesepakatan atas kepentingan yang sama.
"Kalaupun hari parpol sudah membuka pendaftaran untuk Pilkada tapi greget maupun situasinya terkesan biasa saja," tambahnya.
Bambang memprediksi jika calon penantang untuk Pilgub NTB 2024 gerakannya masih standar maka makin sulit menghadapi petahana.
"Jika langkah awal saja terkesan biasa-biasa saja maka langkah selanjutnya patut diduga tidak ada kejutan yang out of the box," imbuh dia.
Bambang menambahkan masih ada waktu dan kesempatan bagi penantang petahana membuat terobosan isu yang menjadi perekat bagi semua kepentingan dan rakyat. Isu perekat itu penting untuk menjadi energi baru dalam membangun kepercayaan pemilih yang lebih luas dan holistik.
"Jika situasi kontestasi Pilgub NTB masih datar dan minim gebrakan - gebrakan yang tidak biasa, maka rakyat tidak akan memperoleh pencerahan politik apapun," tandas Bambang. (R/L..).