FOTO. Dr. H. Lukman Hakim bersama para delegasi UIN Mataram yang mengikuti Forum AICIS ke-23 di UIN Walisongo, Kota Semarang, Provinsi Jawa Tengah. |
MATARAM, BL - Delegasi Universitas Islam Negeri (UIN) Mataram mengikuti Forum Annual International Conference on Islamic Studies (AICIS) ke-23 di UIN Walisongo, Kota Semarang, Provinsi Jawa Tengah (Jateng).
Dalam kegiatan yang dihelat selama empat hari sejak Kamis (1/2) hingga Minggu (4/2) kemarin. AICIS bertujuan untuk mendefinisikan kembali peran agama, terutama Islam, dalam menghadapi tantangan kemanusiaan kontemporer di kancah global.
Dekan Fakultas Ushuluddin dan Studi Agama UIN Mataram, Dr. H. Lukman Hakim, mengatakan bahwa AICIS yang dibuka Direktur Jenderal Pendidikan Islam Kementerian Agama RI. Prof. Muhammad Ali Ramdhan, kali ini diisi dengan banyak kegiatan. Salah satunya, AICIS Expo.
Menurut dia, AICIS Expo ini adalah wahana bagi perguruan tinggi keagamaan termasuk ekosistemnya untuk menunjukkan karya-karya dan capaian perguruan tinggi.
Di mana, di hari pertama, AICIS, juga menjadi awal Plennay Session 1 di mulai. Yakni, para pembicara menyampaikan materi-materi yang sangat mekanik dan memantik semangat akademis pada setiap peserta yang hadir dalam kegiatan.
'Pada sesi pertama ini, diisi oleh tiga pemateri yakni Prof. Dr. Ismail Fajri Alatas (New York University), Prof. Dr. Caludia Saise ( Humboldt University Berlin) dan Prof. Hassanein Al-Saeed Hassanein Ahmed (Mesir)," ujar Lukman pada wartawan, Senin 5 Februari 2024.
FOTO. Dr. H. Lukman Hakim |
Sebagai moderator dalam diskusi tersebut. Lukman mengatakan, bahwa ada tiga hal yang menarik dari penyampaian para pemateri dalam sesi pertama ini. Yakni, Prof. Fajri memaparkan beberapa konsep penting dalam upaya memahami berbagai fenomena dan problematik yang dihadapi oleh umat Islam saat ini.
Di mana, problem yang hampir dialami oleh semua negara dipenjuru dunia, yang memerlukan penanganan yang intens serta serius dari seluruh pihak, baik dari kalangan muslim khususnya serta umat beragama secara umum.
"Penyampaian oleh Prof. Fajri menjadi lebih menarik ketika menggunakan peranti language Games Wittgenstein dan Habermas. Hal itu jelas sangat menarik dan memantik diskursus terkini terkait dengan agama dan perdamaian," kata Lukman.
Berikutnya, pemaparan kedua oleh Prof. Hassanein yang memokuskan soal beberapa kata kunci penting dalam Al-Qur’an dan Hadis dalam rangka untuk menguji argumennya bahwa Islam adalah din al-salam.
Terlebih, penguatan terhadap otentitas Al-Qur’an dan Hadis sebagai sumber hukum Islam. Apalagi, beberapa tindakan para oknum yang tidak bertanggung jawab dengan mengatasnamakan Islam atas tindakan kriminalitas yang mereka lakukan.
"Beliau (Prof. Hassanein) menguatkan bahwa tindakan kriminalitas, kekerasan serta mengganggu perdamaian dalam kehidupan beragama merupakan aktivitas yang dilarang oleh Islam sebagaimana tertuang dalam Al-Qur’an dan Hadis," ungkap Lukman.
Lebih lanjut dikatakannya, dalam pemateri ketiga oleh Prof. Saise, dibahas tentang konsep silaturahmi dengan sangat mendalam dan mendetail yang kemudian dapat digunakan dalam rangka membangun diplomasi International di dunia Islam.
Terlebih, konsep silaturahmi dalam Islam mencakup semua aspek kehidupan dan menjangkau seluruh kalangan manusia, tanpa memandang agama, ras, suku seseorang.
"Dengan konsep silaturahmi dalam Islam seseorang dapat saling memahami, mengerti satu sama lain, hingga dapat saling menjaga dan melindungi dalam kehidupan sosial, berbangsa dan bernegara yang damai," tandas Lukman Hakim. (R/L..).