FOTO. Inilah ekspresi tiga kandidat cawapres saat debat pada Jumat malam, 22 Desember 2023. |
MATARAM, BL - Perilaku komunikasi calon wakil presiden (cawapres) nomor urut 2 Gibran Rakabuming Raka trickey atau suka menjebak. Hal itu disampaikan Pengamat komunikasi politik Universitas Airlangga (Unair) Surabaya, Prof Dr Henri Subiakto.
Dia mencontohkan, ketika kampanye pada 25 November 2023 di Makassar, Gibran tampak membagi-bagikan benda yang seakan-akan show up sedang bagi-bagi uang saat kampanye. Padahal benda yang jika divideo menyerupai uang tersebut aslinya adalah gantungan kunci.
“Saya mengamati perilaku komunikasi Gibran dan keluarganya. Mereka itu berkomunikasinya trickey, suka menjebak,” kata Guru Besar Ilmu Komunikasi Unair itu, Sabtu 23 Desember 2023.
Perilaku komunikasi trickey, kata Henri, juga dilakukan ketika mengikuti debat cawapres Jumat (22/12/2023) malam. Gibran dikesankan, seakan-akan memakai alat yang mencurigakan di telinga, yang menurutnya bisa jadi itu juga disengaja supaya orang terjebak menuduhnya. Padahal, sudah disiapkan jawaban yang akan menghancurkan yang terlanjur curiga.
Pada saat debat, Gibran juga menjebak dengan angka, seakan data yang disampaikan angkanya salah, ternyata yang dimaksud lain. Selain itu, dalam debat Gibran juga menjebak dengan istilah asing yang bukan pengetahuan yang umum, yang kemudian ditanyakan ke Prof Mahfud dan Cak Imin.
“Tak sedikit yang kemakan jebakan komunikasinya itu. Pak Jokowi dulu juga pakai istilah yang tidak banyak orang tahu sehingga Prabowo kebingungan. Jadi ini dilakukan lagi oleh anaknya, mereka memang trickey dan licin,” kata Henri.
Ia mengatakan, dari cara komunikasi yang dia tunjukkan dalam debat menunjukkan Gibran sejatinya cerdas, tapi licik dan tak takut menabrak ukuran moral yaitu kejujuran. Sehingga, strategi komunikasi yang digunakan Gibran suka menjebak.
“Kalau jadi pemimpin akan makin tampak karakter aslinya. Antara yang diucapkan sering tidak sama dengan yang dipikirkan dan hatinya,”katanya.
Henri menambahkan, jebakan komunikasi itu dibuat secara terencana bahkan terpola. Dilakukan sejak sebelum debat. Gibran sengaja membuat kesan tidak siap debat dan kesan plonga-plongo, namun di belakang membalikkan keadaan.
“Ini tampaknya ada konsultan dan lewat suatu latihan drama komunikasi. Padahal, dari sisi substansi jawaban Gibran sering salah, tapi karena gaya komunikasinya menarik, kekeliruan isi bisa tertutupi,” imbuhnya.
*Gibran masih emosian
Pengamat komunikasi politik dari Nusakom Pratama Institute, Ari Junaedi menilai paparan dan jawaban semua kandidat Wapres masih normatif dan masih belum menjawab persoalan-persoalan yang dialami rakyat pada umumnya.
Misalnya, apa yang ditawarkan Cawapres Muhaimin Iskandar dengan selepetconomics-nya, yang masih butuh elaborasi yang jelas dan masuk akal.
Menurut dia, daripada menciptakan istitalah baru, harusnya Muhaimin lebih mengkritisi promosi Gibran soal makan siang gratis yang anggarannya sangat fantastis dan rawan penyalahgunaan.
"Pun, terhadap problema IKN pun juga tidak dikritisi tajam oleh Muhaimin," urai Ari Junaedi yang juga pengajar di Program Pascasarjana Universitas Islam Bandung
Sebaliknya Gibran dianggap Ari Junaedi sengaja memberi pertanyaan-pertanyaan yang "menjebak" dengan melontarkan pertanyaan teknis seperti soal SGIE atau State of The Global Islamic Economy kepada Muhaimin atau regulasicarbon capture and storage ke Mahfud MD.
"Analisis saya soal debat Cawapres seri pertama ini seperti presentasi antara mahasiswa S-1 dengan mahasiswa S-2 dan S-3. Yang mahasiswa S-1 ingin dikesankan pandai dengan melontarkan pertanyaan yang teknis."
Ia paparkan lebih lanjut, sementara mahasiswa S2 ingin mengenalkan teori baru yang belum terbukti. Sedangkan yang mahasiswa S-3 lebih mengokohkan teori-teori yang ada dan menjabarkannya ke hal-hal yang praktis.
"Mahasiswa S-3 itu Mahfud MD, yang S-2 Muhaimin dan yang S-1 nya adalah Gibran,"papar Ari Junaedi
Walau tensi perdebatan Cawapres ini tidak "sepanas" debat Capres sebelumnya, Ari Junaedi menjelaskan, faktor menjaga emosi dan temperamental masih belum dikuasai Gibran
Terhadap pertanyaan-pertanyaan kritis yang dilontarkan Mahfud atau Muhaimin, Gibran selalu "baperan" dengan menyebut saya sudah tahu arahnya ke mana. Gibran begitu tidak suka dengan pertanyaan soal IKN, keistimewaan proyek-proyek nasional yang terjadi Solo serta tidak mau disebut dirinya kurang paham persoalan
"Gibran juga terjebak dengan sanggahannya untuk menjawab pertanyaan soal ada tidaknya investor dari Mahfud MD. Gibran meminta Mahfud untuk googling soal IKN padahal fakta sebenarnya investor asing memang masih kurang meminati investasi di IKN," tandas Ari. (R/L..).