FOTO. Lalu Muhammad Iqbal saat menyampaikan orasi ilmiahnya pada wisuda UGR. |
MATARAM, BL - Universitas Gunung Rinjani (UGR) mewisuda sebanyak 199 sarjana di Hotel Lombok Raya, Sabtu 23 Desember 2023.
Para sarjana berasal dari Fakultas Pertanian, Fakultas Ekonomi, Fakultas Hukum, Fakultas Perikanan, dan FKIP.
Hadir dalam acara itu segenar civitas akademika UGR termasuk Ketua Dewan Pembina Yayasan Gunung Rinjani, Asrul Sani, M. Kes, Ketua Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi Wilayah VIII (LLDikti VIII) dan tokoh nasional asal NTB Lalu Muhammad Iqbal yang juga Dubes RI untuk Turki 2019-2023 yang kini menjabat Jubir Kemenlu RI. Kehadiran Iqbal dalam rangka memberikan orasi ilmiah.
FOTO. Rektor UGR Dr Ali Bin Dachlan saat mengucapkan selamat pada para wisudawan dan wisudawati. |
Rektor UGR, Dr. H. Moch. Ali bin Dachlan, dalam sambutannya menegaskan bahwa gelar hanya terminal tempat berhenti menurut jenjang pendidikan. Namun, pendidikan tidak mengenal berhenti dan tanpa batas.
“Menuntut ilmu tak selesai sampai S2, S3, S Lilin sampai S mambo,” kata Ali BD berseloroh. “Kalau kita sarjana ekonomi, hukum, pertanian dan sarjana lain tapi kok nganggur. Sarjana tak boleh nganggur tapi menciptakan lapangan kerja,” ujarnya.
Ali mengatakan idealnya sarjana membuka pekerjaan. Persoalannya, kata dia, apakah sudah berusaha melakukan langkah-langkah itu. “Kasihan kalau sarjana suruh ibunya carikan kerja,” cetusnya seraya menegaskan agar jangan berhenti menuntut ilmu baik formal maupun non formal.
Kebanggaan perguruan tinggi adalah jika sarjana menunjukkan kemandirian. Walau sudah banyak alumni sebagai pengusaha maupun pejabat, pimpinan perguruan tinggi belum puas. Capaian yang telah diraih janganlah membuat berpuas diri.
“Pendidikan membangun manusia berilmu, mandiri dan cerdas. Cita cita itu ada dalam diri. Jangan salahkah takdir,” katanya.
Ketua Dewan Pembina Yayasan Gunung Rinjani, Asrul Sani, M. Kes, mengatakan perguruan tinggi menghadapi persoalan yang cukup kompleks menyusul berbagai perkembangan yang terjadi di era digital. Namun, setiap persoalan tersebut harus siap dihadapi.
*Bangsa Indonesia Masih Tertinggal
FOTO. Lalu Muhammad Iqbal saat bersama Rektor UGR Dr Ali Bin Dachlan serta para akademisi UGR. |
Terpisah, Tokoh nasional kelahiran NTB yang juga Juru Bicara Kementrian Luar Negeri (Kemenlu), Lalu Muhammad Iqbal, dalam orasinya ia memulai dengan mengurai pengalaman masa kecilnya tentang sebuah pensil dan ingin membuat pensil berwarna dengan aroma cendana yang kemudian menjadi kenyataan.
“Hanya orang yang berhubungan dengan masa depan yang akan berjumpa dengan masa depannya,” katanya. Bagaimana dengan kondisi sekarang?
Lalu M.Iqbal menilai masyarakat masih belum sepenuhnya berada pada era industri bahkan agak tertinggal dari negara maju dan yang sedang berkembang seperti pada transportasi publik.
“Kita masih di belakang. Kenapa? Sumber keterbelakangan adalah ketidakpercayaan diri,” kata Iqbal.
Jejak kerusakan mental dampak dari penjajahan masih terasa kuat. Hal itu membuat tidak percaya terhadap nilai dan budaya sendiri. Anehnya, dampaknya juga berusaha menjadi orang lain. Ia menyontohkan orang Indonesia ketika datang ke Eropa bisa lebih Eropa dari orang Eropa.
Sebaliknya ketika bule telanjang dada ke sebuah toko dianggap bahwa semua yang datang dari luar lebih baik dari yang dipunya bangsa sendiri.
“Ketidakpercayaan diwarisi sejak penjajahan dan mendarah daging,” ucap Iqbal.
Ia mengatakan NTB memiliki kekayaan melimpah. Ada puluhan flora dan fauna di NTB yang tidak ada di belahan dunia lain. Pun banyak flora dan fauna dari daerah lain yang bisa tumbuh berkembang di NTB.
Persoalannya, kata dia, kalau belum percaya diri belumlah merdeka.
“Kepercayaan diri adalah prasyarat kemerdekaan. Bangun peradaban diri dengan percaya diri,” tandas Lalu Muhammad Iqbal. (R/L..).