MATARAM, BL - Lembaga Kajian Sosial Politik M-16 menyarankan pihak penyelenggara Pemilu ( KPU - Bawaslu), agar mulai menggunakan jasa kalangan supranatural.
Hal ini dalam rangka untuk memback up dan mengantisipasi serangan klenik terhadap peserta pemilu.
Penggunaan ilmu klenik ini , meskipun sulit dibuktikan secara kasat mata, tetapi eksistensinya tetap ada dan diyakini keberadaannya oleh masyarakat sebagai bagian warisan ilmu turun temurun dari nenek moyang.
"Sebagai bentuk antisipasi, perlindungan dan mengayomi peserta Pemilu 2024 mendatang dari kemungkinan gangguan alam gaib. Baiknya, KPU maupun Bawaslu perlu melibatkan kalangan Supranatural untuk menyukseskan gelaran Pesta Demokrasi 2024 mendatang," ujar Direktur M-16, Bambang Mei Finarwanto, pada wartawan, Jumat (2/6).
Ia mengatakan, secara fungsional dan kegunaan, ilmu supranatural diduga memiliki dua tujuan, yakni untuk kepentingan defensif dan ofensif. Di mana, untuk kepentingan defensif atau perlindungan, disinyalir untuk memberikan sugesti kepada pemakainya sekaligus untuk memanipulasi aura performance dengan perantaraan berbagai benda mistis dan trik ilmu dalam, seperti ilmu mistis khas sasak seperti Senggeger, Jaran goyang, kecial kuning, semantak nane, dan turun tangis .
Sementara, untuk ilmu mistis. Hal itu, lanjut Bambang adalah untuk keperluan serangan /ofensif secara gaib yang disinyalir dipakai untuk menaklukkan dan mendegradasi citra seterunya , seperti santet , guna-guna, pedang pekir, kedebong loas, dan lomak lompe
"Pemakai ilmu supranatural kebanyakkan dihajatkan untuk memberikan sugesti dan mempertebal daya pesona," kata dia.
Ia menegaskan, untuk mengantisipasi serangan server penyelenggara pemilu oleh hacker. KPU - Bawaslu sudah memproteksi keamanan servernya dengan berlapis oleh ahli IT yang canggih.
Karena itu, untuk mencegah serangan unpedictable dari alam mistis yang menimpa peserta pemilu tak ada salah nya, para penyelenggara (KPU dan Bawaslu) membentuk Task Force Anti serangan Supranatural yang berisi orang-orang yang memiliki kemampuan ilmu dalam yang mumpuni dan teruji secara kasat mata.
"Suka tidak suka , kuat dugaan dunia klenik dan mistis kerap dipakai sebagai sarana untuk mempengaruhi persepsi masyarakat lewat berbagai media," tandas Bambang. (R/L..).