MATARAM, BL - Kenaikan harga beras sejak awal Februari hingga kini, terus mengkhawatirkan masyarakat. Apalagi, tidak lama lagi umat Islam di NTB akan merayakan puasa Ramadhan dan Idul Fitri.
Hal serupa juga terjadi pada umat agama Hindu yang juga akan merayakan ibadah Nyepi.
DPRD Provinsi NTB meminta Pemprov agar mengintensifkan operasi pasar untuk mengawasi spekulan serta pedagang yang nekat menaikkan harga kebutuhan barang pokok, termasuk beras.
"Operasi pasar harus dilakukan. Bila perlu masif dilakukan bekerjasama dengan Pemda kabupaten/kota dan kepolisian, sehingga hal itu bisa untuk menjaga harga-harga tetap stabil, termasuk beras, apalagi mendekati hari besar agama, mulai Bulan Ramadhan, Lebaran Idul Fitri hingga Nyepi," ujar Anggota Komisi II DPRD NTB, Made Slamet pada BERITA LOMBOK.NET, Minggu (12/2) kemarin.
Menurut Politisi PDIP NTB itu, pihaknya sudah mendengar keluhan masyarakat terkait naiknya harga sejumlah komoditi pertanian di pasaran. Yakni, tak hanya cabai dan telur. Namun kini juga beras.
"Kami minta Tim pengendali inflasi daerah TPID) harus segera mengintervensi agar tidak menimbulkan gejolak harga," tegas Made.
Ia mendaku, bahwa sebetulnya kenaikan harga itu sesuatu yang rutin tiap tahun. Di mana, biasanya ada gejolak naik turun harga. Hanya saja, pihaknya mengimbau jangan ada spekulan-spekulan yang bermain.
Sebab, kondisi ekonomi masyarakat masih terasa sulit akibat terdampak pandemi Covid-19.
Terlebih, lanjut Made, yang sangat dirugikan dari permainan spekulan dan pedagang yang menaikkan harga kebutuhan pokok tersebut adalah masyarakat.
‘’Kasihan warga masyarakat! Karena tiap menjelang Puasa, Lebaran, dan hari raya agama selalu dipermainkan harga-harga yang tidak sesuai harapan,’’ ungkap Made Slamet.
Sementara itu, salah satu pedagang beras lokal atau medium di Pasar Kebon Roek Ampenan Kota Mataram Mustiani (40), mengatakan, harga beras terus mengalami kenaikan.
Untuk harga beras lokal medium di pasar meningkat sekitar Rp 30 ribu per karung ukuran 25 kilogram. Sementara, beras premium menembus Rp 13 ribu per kilogram.
"Bulan lalu itu tembus Rp 265 (ribu) hingga Rp 275 ribu per 25 kilogram. Sekarang sudah di angka Rp 300 hingga Rp 325 ribu per 25 kilogram atau Rp 13 ribu per kilogram," tandasnya.
Di sisi lain, kata Mustiani ketersediaan beras di pengepul juga semakin terbatas. Bahkan para pedagang tidak berani mengambil stok dalam jumlah banyak karena harga yang cukup tinggi.
"Tidak ada yang berani ngambil banyak sekarang. Palingan kami ngambil hanya 50-100 kilogram karena harga terlalu mahal," ujarnya.
Untuk diketahui harga beras sesuai jenis dari data Dinas Perdagangan NTB antara lain: beras lokal medium Rp 9.500 per kilogram. Sedangkan beras C4 Rp 11.000 per kilogram. Untuk beras premium menembus Rp 12.000 per kilogram. (R/L..).