MATARAM, BL - Sebanyak 30 orang nelayan di Tanjung Luar, Kecamatan Keruak, Kabupaten Lombok Timur (Lotim) yang nekat melaut saat ombak tinggi, akhirnya merasakan ganasnya lautan akibat cuaca buruk dan gelombang tinggi yang melanda wilayah NTB dalam kurun waktu sepekan terakhir ini.
Kendati BMKG sudah mengeluarkan peringatan dini terkait potensi gelombang tinggi mencapai empat meter di wilayah perairan NTB. Bahkan,
aktivitas pelayaran di lintas Kayangan Pulau Lombok menuju Poto Tano Pulau Sumbawa, Provinsi NTB juga sudah dihentikan hingga batas waktu yang belum ditentukan.
Namun, puluhan nelayan tersebut tetap juga nekat menerjang gelombang tinggi. Akibatnya, mereka sempat terombang-ambing di tengah laut akibat gelombang tinggi di perairan selatan NTB, tepatnya Samudera Hinda Selatan NTB.
"Iya ada 30 nelayan warga kami yang sempat terjebak di tengah laut dan tidak bisa pulang, mereka sebelumnya berangkat Selasa (20/12) dan baru pada Sabtu (24/12) kembali pulang," ujar Kepala Desa Tanjung Luar, Mukti Ali, yang dikonfirmasi via WhatsAppnya, Minggu (25/12).
Menurut dia, pihaknya sudah memperingatkan warganya yang kebanyakan adalah para nelayan terkait potensi gelombang tinggi.
Bahkan, Mukti Ali harus rela turun langsung ke semua dusun di Tanjung Luar, untuk memperingatkan agar nelayan tidak melaut ke luar perairan Tanjung Luar terlebih dahulu terkait potensi cuaca buruk
Hanya saja, dari ribuan warganya tersebut, justru ada sekitar 30 orang nelayan tersebut yang tetap ngotot untuk pergi melaut, lantaran sudah biasa menghadapi cuaca di bulan Desember.
"Tapi, kondisi gelombang saat ini berbeda dengan sebelumnya, gelombang tahun ini lebih membahayakan. Yakni, satu dari 30 nelayan yang terjebak di tengah laut itu harus rela kehilangan perahu setelah terbalik dihantam gelombang tinggi," kata dia.
"Mulanya dua sampan yang terbalik, dimana dua sampan itu kita nyatakan hilang, namun setelah dilakukannya pencarian cuman satu perahu yang ketemu," sambung Mukti Ali.
Nelayan yang kehilangan perahu diketahui bernama Rahmat Hidayat, warga Tanjung Luar. Di mana, kerugian diperkirakan mencapai Rp25 juta. Sebab, kondisi perahu yang masih bagus dan menggunakan mesin diesel.
"Untuk nelayan satu minggu ini melaut disekitaran Tanjung Luar saja dulu, jangan melakukan perjalanan yang memakan waktu berhari-hari lamanya. Ingat sudah ada korban perahu yang sudah rusak," tandas Mukti Ali. (R/L..).