FOTO Menteri BUMN Erick Thohir, Wakil Gubernur Sumatera Barat Audy Joinaldy, Wali Kota Sawahlunto Deri Asta, Anggota Komisi VI DPR RI Andre Rosiade, Deputy Bidang SDM & TI Kementerian BUMN Teddy Barat didampingi seluruh stakeholder terkait usai melakukan penandatangan beroperasinya KA Wisata Mak Itam di Stasiun Sawahlunto Pupuk Indonesia pada Selasa (20/12). |
MATARAM, BL - Pengoperasian jalur kereta api Sawahlunto - Muaro Kalaban merupakan buah dari penandatanganan Perjanjian Kerja Sama 4 BUMN yakni KAI, Pupuk Indonesia, Biofarma, dan SIG yang dilakukan di Jakarta pada 23 Juni 2022.
Menariknya, KA Wisata Mak Itam di Sawahlunto yang sempat berhenti beroperasi sejak tahun 2014. Kini, kembali dioperasikan.
Adalah, empat BUMN yaitu KAI, Biofarma, Pupuk Indonesia, dan Semen Indonesia yang berkolaborasi menghidupkan kembali KA Wisata Mak Itam yang melegenda tersebut.
"Pengoperasian KA Wisata ini sebagai upaya meningkatkan pariwisata di Sumatera Barat khususnya di wilayah Sawahlunto," ujar Menteri BUMN Erick Thohir dalam sambutannya, Selasa (20/12).
Masyarakat kini dapat berwisata dengan kereta api di kawasan yang ditetapkan sebagai Warisan Dunia Baru UNESCO yaitu Situs Ombilin Coal Mining Heritage of Sawahlunto.
Terealisasinya proyek ini juga berkat dukungan yang diberikan oleh Pupuk Indonesia, Biofarma, dan SIG. Melalui kerjasama dengan KAI, ketiga BUMN tersebut mendapatkan hak untuk penamaan pada stasiun dan kereta api di wilayah tersebut.
Adapun nama resmi pada Stasiun Sawahlunto menjadi Stasiun Sawahlunto Biofarma, Stasiun Muarokalaban menjadi Stasiun Muarokalaban Pupuk Indonesia, dan KA Wisatanya sendiri memiliki nama KA Wisata Mak Itam SIG.
Dalam rangka mereaktivasi jalur Sawahlunto - Muaro Kalaban sepanjang 4 km ini, KAI telah melakukan perbaikan pada jalan rel, 2 unit jembatan, terowongan, persinyalan, bangunan stasiun, dan dipo.
Selain perbaikan prasarana, KAI juga menghidupkan lokomotif uap bersejarah yakni Lokomotif Uap E1060 atau Mak Itam yang dahulu beroperasi di jalur ini untuk melayani angkutan batu bara.
Selama proses perbaikan jalur tersebut, KAI menemui beberapa tantangan yang berhasil diatasi. Kendala seperti keterbatasan material untuk perbaikan, jalur KA yang digunakan warga untuk beraktivitas, dan lainnya.
Tantangan juga dihadapi dalam upaya perbaikan Lokomotif Mak Itam yang telah berusia 57 tahun.
KAI harus mendatangkan Tim Ahli Perbaikan Lokomotif Uap dari Museum Kereta Api Ambarawa untuk dapat menangani kerusakan pada lokomotif bersejarah tersebut.
Melalui kordinasi dan komunikasi yang baik, KAI berhasil menyelesaikan perbaikan ini lebih awal dari target semula di Januari 2023.
"Peresmian KA Wisata Mak Itam tidak mungkin terjadi kalau seluruh stakeholder tidak berkolaborasi dan tidak melakukannya dengan hati," ucap Erick.
Ia menilai kolaborasi atau gotong royong merupakan budaya yang menjadi fondasi Bangsa Indonesia.
”92% Kredit Usaha Rakyat itu BUMN. Nah, kalau kita bangun pariwisatanya, UMKMnya, pendanaannya, ini akan menjadi satu kesinambungan. Dan Tentu tidak bisa sendirian, karena itu peran dari pemerintah daerah yang hari ini sangat bersahabat untuk bisa menjadi bagian melakukan berkelanjutan ini. Salah satunya yang kita lihat hari ini bagaimana infrastruktur seperti tadi Kereta Wisata sudah bisa dilakukan dari Sawahlunto ke Muaro Kalaban, nanti kita lanjutkan lagi sampai Silungkang,” tandas Menteri BUMN Erick Thohir.
Sebelum acara peresmian ini, telah dilakukan terlebih dahulu Kick Off Perbaikan Prasarana dan Sarana Perkeretaapian jalur kereta api Sawahlunto - Muaro Kalaban di Stasiun Sawahlunto pada 1 Juli 2022.
Jalur Sawahlunto - Muaro Kalaban pertama kali dibangun oleh Perusahaan Kereta Api Negara Sumatra Staats Spoorwegen (SSS) dan dioperasikan sejak 1894. Alasan utama pembangunan awal kereta api di Sumatera Barat adalah sebagai sarana pengangkutan batu bara di Ombilin, Sawahlunto.
Namun, akhir tahun 2000 produksi batu bara di Sawahlunto semakin berkurang dan secara otomatis aktivitas kereta api di jalur ini pun berhenti.
Jalur tersebut sempat digunakan untuk perjalanan KA Wisata Mak Itam pada tahun 2009 dan berhenti total pada tahun 2014. Mak Itam kemudian dipajang di Museum Kereta Api Sawahlunto. Mak Itam sendiri merupakan Lokomotif Uap bergerigi seri E1060 buatan Jerman tahun 1965.
KA Wisata Mak Itam SIG nantinya akan dioperasikan secara reguler dan dapat dinikmati oleh masyarakat dan wisatawan yang berkunjung ke Sumatera Barat khususnya Kota Sawahlunto.
KAI beserta seluruh stakeholder yang terlibat akan terus berkoordinasi untuk memberikan pelayanan terbaik pada layanan kereta api di jalur Sawahlunto - Muaro Kalaban.
* Mak Itam
FOTO. Inilah KA Wisata Mak Itam yang melegenda dan dihidupkan kembali melayani jalur Sawahlunto - Muaro Kalaban. |
Ketika Tambang Batubara Ombilin di Sawahlunto resmi menjadi warisan dunia UNESCO, tidak hanya Kota Sawahlunto yang mendapatkan sertifikat dari badan Perserikatan Bangsa-Bangsa. Enam kota dan kabupaten lain yang dilewati kereta pengangkut batu bara juga mendapatkannya.
Mak Itam, lokomotif uap legendaris yang membawa gerbong berisi batu bara, semasa beroperasi melewati wilayah Kabupaten Solok, Kota Solok, Kabupaten Tanah Datar, Kota Padang Panjang, Kabupaten Padang Pariaman, dan Kota Padang.
Masyarakat Minangkabau memberikan julukan Mak Itam atau Paman Hitam pada lokomotif keluaran Eropa dengan nomor seri E1060 yang digunakan untuk mengangkut batu bara sejak kemerdekaan Indonesia tahun 1945 itu karena badannya berwarna hitam dan mengeluarkan asap pekat.
Mak Itam mengangkut batu bara pada era kejayaan produksi batu bara Sawahlunto, yang tahun 1970-an dapat memproduksi sejuta ton batu bara per tahun.
Wisatawan yang tertarik menyusuri perjalanan Mak Itam dapat memulai penyusuran dari Museum Kereta Api Sawahlunto melewati terowongan Lembah Kalam menuju Stasiun Muarakalaban, yang masih masuk dalam wilayah administratif Kota Sawahlunto.
Dari sana, setelah melewati Solok wisatawan bisa menyusuri Danau Singkarak yang indah untuk menuju Stasiun Batu Tabal di Kabupaten Tanah Datar lalu melanjutkan perjalanan ke Stasiun Kayu Tanam di Kabupaten Padang Pariaman.
Jembatan kereta api yang masih kokoh berdiri di Kota Padang Panjang dan keindahan alam Lembah Anai bisa dinikmati selama perjalanan.
Sesampainya di Teluk Bayur, Kota Padang, ada situs yang menjadi warisan dunia UNESCO karena kaitannya dengan Tambang Ombilin Sawahlunto, yaitu situs Silo Gunung yang berada di dekat Pelabuhan Teluk Bayur.
Bekas gudang penampungan batu bara yang bangunannya belum sepenuhnya dipugar itu akan menjadi bagian tak terpisahkan dari wisata sejarah Kota Padang.
*Kota Tambang Warisan Budaya Dunia
FOTO. Inilah kota Sawahlunto yang menjadi warisan budaya dunia karena dahulu dikenal merupakan kota pertambangan di Indonesia pertama kalinya. |
Pertambangan batu bara membuat Sawahlunto di Sumatera Barat berkembang menjadi kota dan bagian dari sejarah pertambangan di daerah itu kini diakui sebagai warisan budaya dunia.
Kawasan tambang batu bara Ombilin di Sawahlunto pada 6 Juli 2019 ditetapkan sebagai warisan budaya dunia oleh Organisasi Pendidikan, Keilmuan, dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNESCO).
Pemerintah Kolonial Belanda yang menemukan dan kemudian mengusahakan pertambangan batu bara di Sawahlunto membangun infrastruktur daerah tersebut dengan tenaga kerja paksa atau orang rantai dan tenaga kontrak dari berbagai suku bangsa.
Daerah yang berada di area Bukit Barisan itu kemudian tumbuh dan berkembang, dan diresmikan menjadi kota pada 1 Desember 1888. Hingga kini tanggal 1 Desember diperingati sebagai hari lahir kota.
Tambang Ombilin di Sawahlunto sudah beberapa kali berganti pemilik. Tambang yang semula dikuasai oleh Belanda berpindah ke tangan Jepang sejak 1942 sampai 1945. Setelah Indonesia menyatakan kemerdekaan, tambang di kota berjuluk "Little Dutch" atau Belanda Kecil itu berada di bawah kepemimpinan administratif Indonesia.
Semula tambang batu bara Ombilin berada di bawah Direktorat Pertambangan, namun kemudian tanggung jawab pengelolaannya dipegang oleh badan usaha milik negara Bukit Asam.
Kegiatan pertambangan sudah diakhiri beberapa tahun lalu. Sawahlunto kini bertransformasi menjadi kota tua yang menawarkan wisata sejarah dengan berbagai bangunan era kolonial.
Kantor PT Bukit Asam yang dibangun pada 1916 serta gedung Museum Gudang Ransum dan Museum Kereta Api Sawahlunto menyuguhkan informasi seputar cikal bakal dan sejarah perkembangan kota pemilik tambang batu bara tertua di Asia Tenggara itu.
Selain itu, ada Lubang Mbah Suro, bekas tambang batu bara Belanda yang namanya diambil dari nama mandor pekerja paksa zaman Belanda yang konon dikenal sebagai Mbah Suro.
Sawahlunto juga punya beberapa situs yang memperlihatkan kecanggihan teknologi pertambangan kolonial, termasuk di antaranya silo tempat penyimpanan batu bara yang berada tidak jauh dari Museum Kereta Api Sawahlunto.
Menurut staf Dinas Kebudayaan, Peninggalan Bersejarah, dan Permuseuman Kota Sawahlunto Dedi Yolson, kedekatan antara silo dan museum itu bukan tanpa alasan.
Museum itu dulunya adalah stasiun kereta api yang menjadi titik pertama pengangkutan hasil tambang untuk dibawa ke pelabuhan di Kota Padang.
"Dari silo itu, di sana nanti keretanya melewati stasiun ini (Sawahlunto) lalu akan menuju ke Muarakalaban lewat terowongan dari situ melewati berbagai stasiun hingga sampai ke Emmahaven," kata Dedi merujuk kepada nama lama dari Pelabuhan Teluk Bayur di Kota Padang. (R/L..).