FOTO. Ketua DPW Partai Perindo NTB Lalu Athari Fathullah (kiri) bersama Sekretaris Abdul Majid saat menggelar ekspedisi jajanan khas Bumi Gora |
MATARAM, BL – Sebagai bagian dari perayaan peringatan HUT ke-8 Partai Perindo pada 8 Oktober 2022, DPW Partai Perindo NTB menggelar ekspedisi jajanan khas Bumi Gora yang kini mulai tergerus zaman. Partai Perindo ingin membuka mata generasi muda, betapa Bumi Gora memiliki kudapan yang tiada tara. Kudapan-kudapan yang terlahir dari kekayaan dan keragaman budaya warga NTB semenjak masa lampau.
“Kami meyakini bahwa pada setiap kudapan tradisional yang kita miliki, pasti ada 1.000 cerita di baliknya,” kata Ketua DPW Partai Perindo NTB Lalu Athari Fathullah, di Mataram, Sabtu (8/10).
Athar, begitu Lalu Athari Fathullah beken disapa mengatakan, sebelum ekspedisi jajanan khas mulai digelar, sejumlah rangkaian kegiatan peringatan HUT ke-8 Partai Perindo telah digelar pihaknya. Pada Jumat (7/10), Partai Perindo NTB telah menyalurkan sumbangan donasi untuk pedagang kecil dan masyarakat kurang mampu. Pembagian donasi langsung Athar dengan didampingi Sekretaris Perindo NTB Abdul Majid dan Bendahara Perindo NTB , Zumroni Muhammad.
“Melalui donasi ini Partai Perindo NTB ingin mengajak seluruh komponen untuk berbagi beban kehidupan sekaligus memberikan spirit saling memanusiakan antar sesama,” kata Bendahara Perindo NTB, Zumroni Muhammad
Sementara itu, terkait ekspedisi jajanan khas Bumi Gora, lanjut Athar berangkat dari kerisauan Partai Perindo manakala jajanan tradisional NTB sampai terlupakan. Jajanan-jajanan tradisional tersebut seolah tenggelam oleh menjamurnya waralaba-waralaba yang memakai brand luar negeri. Akibatnya, generasi masa kini, labih akrab misalnya dengan burger, ketimbang makanan dari daerahnya sendiri.
Dia memberi contoh. Mungkin banyak anak-anak muda di NTB yang tahu dan pernah melihat Jaje Tujak dan Poteng, penganan khas masyarakat Suku Sasak di Pulau Lombok. Namun, Athar meyakini, tak banyak di antara anak-anak muda tersebut yang mengetahui bagaimana Jaje Tujak dan Poteng tersebut diolah dan dibuat.
Pun begitu misalnya. Mungkin tak banyak generasi milenial suku Mbojo yang mengenal Range, kue yang diolah dari beras ketan yang dicampur kelapa dan gula dengan cita rasa yang sungguh lezat. Atau Pangaha Bunga, kudapan gurih dan nikmat yang sama sekali tak mengandung bahan kimia atau pengawet.
“Itulah yang menginisiasi kami untuk melakukan ekspedisi ini, yang kami hajatkan bisa turut memberi kontribusi pada upaya menyelamatkan dan mengangkat kembali marwah penganan tradisional Bumi Gora,” kata Athar.
Ditegaskannya, dengan digelarnya ekspedisi ini, bukan berarti pihaknya anti dengan jajanan modern. Partai Perindo kata Athar, hanya ingin agar jajanan tradisional Bumi Gora, juga mendapat tempat yang sama terhormatnya dengan kudapan-kudapan masa kini.
“Dengan ekspedisi inilah, Partai Periondo ingin mengenalkan dan mendekatkan generasi milenial NTB pada kekayaan kelezatan kuliner warisan nenek moyang kita,” imbuh politisi asal Lombok Tengah ini.
Ekspedisi akan dimulai pekan ini dengan secara bertahap menjangkau seluruh kabupaten/kota di NTB. Dimulai dari Pulau Lombok dan baru kemudian menjangkau seluruh daerah di Pulau Sumbawa.
Tim ekspedisi Partai Perindo pun kata Athar kini telah menyiapkan daftar panjang penganan khas Bumi Gora tersebut. Penganan-penganan yang masuk dalam daftar panjang itu, tentu saja penganan yang dari sisi cita rasa disebut Athar, benar-benar juara.
Sementara itu Sekretaris DPW Partai Perindo NTB, Abdul Majid menjelaskan, setiap daerah di Lombok dan Sumbawa memiliki jajanan khas. Sebagaimana lazimnya makanan tradisional, jajanan khas tersebut adalah cerminan masing-masing daerah. Mulai dari pemilihan bahannya, cara pembuatannya, cara penyajiannya, dan cara menikmatinya, pastilah kental dengan budaya yang adiluhur.
Kelak, Partai Perindo berharap, setelah ekspedisi ini rampung, maka hasilnya akan menjadi media pembelajaran yang ampuh dan bisa menjadi rujukan semua pihak untuk mengenal lebih mendalam kekayaan kuliner NTB.
“Jangan lupa, jika dibanding dengan kuliner-kuliner dari luar Indonesia, sesungguhnya makanan khas tradisional itu lebih sesuai dengan selera lidah kita,” kata Majid
Di sisi lain, makanan tradisional juga dalam proses pembuatannya boleh dibilang lebih sehat. Dari sisi harga pun, makanan tradisional jauh lebih murah dibanding penganan atau makanan dari luar yang sudah kesohor.
“Sebagai sebuah ikhtiar, kami berharap, ekspedisi ini akan menjadi jalan agar kelezatan-kelezatan jajanan tradisional yang kita miliki tetap dapat dinikmati oleh anak cucu kita selamanya,” tandas Abdul Majid.(R/L..).