FOTO. Inilah sejumlah hasil karya para siswa SDN 3 Pancor, Kecamatan Selong, Lotim yang sudah mampu mengurai sampah plastik menjadi produk yang bermanfaat |
MATARAM, BL – Salah satu sekolah di Kabupaten Lombok Timur (Lotim) punya aturan yang tak biasa bagi siswanya.
Selain barang bawaan wajib seperti tas dan alat tulis, murid SDN 3 Pancor, Kecamatan Selong, juga diharuskan membawa sampah plastik.
Guru akan memberikan nilai tambahan bagi siswa yang rajin dan banyak membawa limbah anorganik tersebut.
Selain itu, bungkus plastik bekas jajanan juga wajib diserahkan siswa ke bank sampah yang dikelola sekolah.
Sampah yang sudah terkumpul selanjutnya diolah menjadi ecobrick, yakni proses daur ulang ramah lingkungan dengan memanfaatkan media botol plastik yang dipadatkan. Di mana, seluruh proses pengerjaannya melibatkan siswa.
Mereka memilah dan memasukkan sampah bekas jajanan, seperti bungkus permen dan snack ke dalam botol-botol plastik.
"Jadi, setiap siswa, kami minta untuk mengumpulkan sampah dan di masukkan ke dalam botol sisa air mineral ukuran 1500 ml. Nanti, prosesnya dilakukan sampai botol penuh dan padat. Kemudian ditata membentuk lingkaran dengan jumlah botol 14 buah," ujar Kepala Sekolah SDN 3 Pancor, Nurbaiti M.Pd pada wartawan, Selasa (4/10).
Konsep ecobrick yang diterapkan di SDN 3 Pancor, sejauh ini mampu menghasilkan produk furnitur yang bernilai estetika tinggi.
Terlebih, daur ulang sampah plastik ini merupakan implementasi dari gerakan cinta lingkungan dilakukan dengan melibatkan semua unsur di sekolah serta masyarakat sekitar lingkungan sekolah.
Konsep ecobrick dipilih karena selain bisa mengurangi volume sampah dan menciptakan lingkungan yang bersih, pemanfaatannya juga sangat berguna sebagai penghias lingkungan sekolah.
"Alhamdulillah, hasilnya sofa dari botol plastik ini awet, nyaman dan enak di pandang. Sedangkan, pembuatan kover bekerjasama dengan pengusaha sofa di wilayah setempat," kata Nurbaiti.
Nurbaiti mendaku, setiap tahunnya terus terjadi peningkatan volume sampah. Tak hanya rumah tangga, justru penyumbang terbesar sampah. Salah satunya, adalah tingkat satuan pendidikan.
"Tapi, dengan pola Ecobrick, kami sudah mampu berkontribusi dalam rangka membantu mengurangi sampah, terutama sampah plastik. Di situ, masyarakat dan seluruh komponen sekolah ikut berpartisipasi dalam rangka kegiatan mengurangi volume sampah tersebut," tandas Nurbaiti. (R/L..).