FOTO. Inilah para siswa sekolah Adat Rengganis di Kecamatan Pujut, Loteng yang pembangunannya dibantu oleh tujuh BUMN. |
MATARAM, BL - Ada yang menarik pada pembangunan sekolah adat Rengganis di Desa Sukadana, Kecamatan Pujut, Kabupaten Lombok Tengah (Loteng).
Itu menyusul, sebanyak 29.000 buah paving blok yang berada di sekolah tersebut berasal dari limbah Pembangkit Listrik Tenaga Uap Jeranjang atau yang dikenal dengan Fly Ash Bottom Ash (FABA).
Tak hanya itu, biaya pembangunan sekolah yang dihajatkan untuk melestarikan seni dan budaya Suku Sasak itu, dilakukan oleh PLN dengan menggandeng tujuh BUMN lainnya.
Ketua Yayasan Sekolah Adat Rengganis, Juanda Pramadani, mengatakan, bahwa dalam pendiriannya sekolah itu, memokuskan pada upaya melestarikan adat dan budaya.
Di harapkan, penanaman nilai moral leluhur bisa terpatri di jiwa anak-anak didik. "Tapi, yang membuat sekolah kami menjadi unik dari sekolah pada lainnnya diluar pengajaran budaya lokal. Salah satunya, adalah penggunaan FABA di sekolah adat akan menjadi pembelajaran dan wawasan tersendiri bagi siswa dan masyarakat sekitar," jelas Juanda pada wartawan, Selasa (4/10).
Dengan telah berdirinya sekolah adat itu. Pihaknya mengucapkan terima kasihnatas bantuan yang diberikan oleh PLN dan juga seluruh BUMN lainnya.
Terlebih, dengan menggunakan FABA ini, halaman sekolah menjadi tidak becek, sehingga para siswa bisa bermain bola.
"Semoga, ini adalah pintu awal mimpi yg kemudian akan terbangun, lebih maju dan lebih bagus lagi," kata Juanda.
"Insya Allah, saya berjanji akan terus merawat dan menjaga bantuan yang telah diberikan, supaya dapat dinikmati oleh banyak generasi ke depan," sambung dia.
Sementara itu, Deputi Bidang Sumber Daya Manusia BUMN, Teknologi Informasi Kementerian BUMN, Tedi Bharata, mengatakan, BUMN melalui program Bakti untuk BUMN akan terus berkolaborasi dan bersinergi untuk memberikan manfaat bagi masyarakat setempat.
“Sekolah ini penting untuk membantu sistem pendidikan nasional. PLN membantu paving block dari FABA, limbah PLTU. Mengubah limbah menjadi barang yang berguna, yakni paving blok sebagai pengganti pasir. Dari limbah menjadi berkah. Bisa untuk jalan atau kegiatan lainnya," ungkap dia.
Tedi juga menyampaikan melalui kegiatan Bakti BUMN untuk Mandalika ini, seluruh BUMN akan terus berkolaborasi dalam hal pemberdayaan masyarakat, khususnya di area sirkuit Mandalika. Hal ini tentunya supaya keberadaan sirkuit itu sendiri dapat memberikan manfaat bagi masyarakat sekitar.
Terpisah, General Manager PLN UIW NTB, Sudjarwo, mengungkapkan bahwa program Tanggung Jawab dan Sosial (TJSL) ini dapat menjadi wadah untuk mengembangkan potensi masyarakat, khususnya di Desa Sukadana, Pujut.
Penggunaan FABA dalam pembangunan infrastrukturnya, tentunya merupakan salah satu inovasi PLN untuk mewujudkan ekonomi sirkular di masyarakat.
“Kami terus mengoptimalkan penggunaan FABA, utamanya dalam setiap program TJSL. Kami juga siap berkolaborasi dengan BUMN dan stakeholder untuk mencapai hasil yang lebih maksimal," kata Djarwo.
Terkait nominal bantuan PLN untuk membangun sekolah Adat Rengganis itu. Djarwo mendaku, angkanya sekitar Rp 229.075.000.
Di mana, sekolah ini merupakan sekolah non formal yang memiliki nilai-nilai adat tradisional sasak yang bertujuan untuk mewujudkan kemampuan anak akan pentingnya menjaga dan melestarikan adat milik sendiri di tengah modernisasi.
Sekolah adat Rengganis ini merupakan salah satu wujud kolaborasi tujuh BUMN, yakni PLN, Wijaya Karya, Hutama Karya, Pembangunan Perumahan, Perumnas, Adhi Karya dan Askrindo untuk pembangunan infrastrukturnya. (R/L..)