FOTO. Sejumlah warga tengah mendatangi gerak vaksin halal untuk menangkal penyebaran Covid-19. |
MATARAM, BL - Setelah berkutat dengan pandemi Covid-19 sejak Maret 2020, Indonesia akhirnya memiliki vaksin Covid-19 produksi dalam negeri, bernama IndoVac.
Lantas apa itu vaksin IndoVac? Apakah vaksin ini berbeda dengan vaksin Merah Putih dan vaksin produksi dalam negeri lainnya?
Vaksin IndoVac adalah vaksin Covid-19 yang dikembangkan oleh PT Bio Farma yang bekerja sama dengan Baylor College of Medicine USA. Vaksin IndoVac adalah vaksin dengan teknologi Subunit Protein Rekombinan atau protein Receptor Binding Domain (RBD).
Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) telah menerbitkan izin penggunaan darurat (EUA) untuk vaksin IndoVac pada 24 September 2022. Di tahap awal, Bio Farma akan memproduksi sekitar 20 juta dosis vaksin IndoVac untuk tahap awal.
Sebelumnya, vaksin IndoVac telah melalui uji klinik di empat pusat studi, yakni Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Indonesia, FK Universitas Diponegoro Semarang, FK Universitas Andalas Padang, dan FK Universitas Hasanuddin Makassar, dengan total 4.050 subyek relawan berusia 18 tahun ke atas secara nasional.
Vaksin IndoVac akan digunakan dalam vaksinasi primer yang diberikan dalam 2 dosis suntikan (25 μg/dosis) dengan interval 28 hari. Efikasi vaksin ini mengacu pada hasil uji immuno bridging pada uji klinik fase 3, menunjukkan antibodi netralisasi vaksin yang noninferior dengan vaksin protein subunit pembanding (92,5% vs 87,09%).
Selama uji klinik dilakukan, terdapat laporan sejumlah Kejadian Ikutan Pascaimunisasi atau KIPI dari para relawan, beberapa di antaranya:
Nyeri lokal di sekitar area suntikan
Nyeri otot ringan
Demam dalam 1 hingga 2 hari
Dalam proses pengujian, setiap relawan mendapat dua kali suntikan dengan rentang waktu 28 hari, dalam rentang waktu ini, relawan diminta untuk melaporkan apabila mengalami KIPI.
Relawan juga akan terus dipantau selama satu tahun ke depan, guna memastikan efikasi dan keamanan vaksin dalam memunculkan kekebalan tubuh terhadap Covid-19.
Vaksin IndoVac sudah halal?
Selain telah mendapatkan izin penggunaan darurat dari BPOM, vaksin IndoVac juga telah mengajukan sertifikasi kehalalan. Ini guna menjawab keraguan masyarakat tentang kehalalan vaksin yang disuntikkan ke dalam tubuh.
Vaksin IndoVac diketahui telah resmi memperoleh fatwa dan ketetapan halal dari Majelis Ulama Indonesia, yang kemudian dijadikan dasar penerbitan sertifikat halal oleh BPJPH.
Seluruh proses dan rantai produksi vaksin, mulai dari bahan baku hingga proses sampai jadinya vaksin, telah memenuhi persyaratan produk halal.
Diraihnya sertifikasi halal ini menjadi salah satu keunggulan vaksin IndoVac di pasar global, khususnya jika akan diekspor ke negara-negara muslim.
Perbedaan dengan vaksin produksi dalam negeri lainnya
Seperti yang kita tahu, selain vaksin Indovac, Indonesia juga memproduksi vaksin sendiri yang diberi nama Inavac atau lebih dikenal dengan vaksin Merah Putih.
Sebelumnya, vaksin Merah Putih dikembangkan oleh sejumlah universitas dan lembaga di Indonesia, di antaranya Universitas Airlangga dengan jenis vaksin inactivated virus, LBM Eijkman dengan jenis vaksin subunit protein rekombinan, vaksin dari LIPI dengan metode protein rekombinan modifikasi RBD, ITB dengan metode sub unit protein rekombinan dan Adenovirus vector, UI dengan metode pengembangan DNA, mRNA, dan platform virus like particles, UGM dengan subunit protein rekombinan, dan Unpad dengan dua platform protein rekombinan dan peptida, IgY Anti-RBD.
Dari semua pengembang vaksin, vaksin dari Unair yang paling cepat berproses untuk mulai masuk tahap uji klinik pada manusia. Vaksin Merah Putih Unair yang kemudian diberi nama Inavac telah melakukan uji klinik pada manusia sejak Februari 2022.
Selain Inavac, ada juga vaksin AWcorna yang telah mendapatkan izin penggunaan darurat dari BPOM. Vaksin AWcorna adalah vaksin Covid-19 dengan platform mRNA yang didaftarkan oleh PT Etana Biotechnology Indonesia (PT Etana) dan dikembangkan oleh Abogen-Yuxi Walvax, Tiongkok.
Hal penting yang perlu menjadi perhatian, terutama oleh pihak sarana distribusi dan fasilitas pelayanan kesehatan adalah proses penyimpanan vaksin AWcorna. Walaupun termasuk vaksin platform mRNA, vaksin ini dapat disimpan pada suhu 2-8 derajat Celsius.
Keamanan vaksin AWcorna secara umum dapat ditoleransi dengan baik dan efek samping yang dilaporkan bersifat ringan. Beberapa gejala efek samping atau KIPI yang paling sering dilaporkan dari vaksin AWcorna adalah:
Demam
Nyeri pada area yang disuntik
Kelelahan (fatigue)
Nyeri otot (myalgia)
Sakit kepala
Meriang (chills)
Bengkak
Gatal-gatal (pruritus). (R/L..).