FOTO. Para peserta Dialog Kebangsaan KNPI NTB di Auditorium UIN Mataram. |
MATARAM, BL - DPD KNPI NTB menggelar Dialog Kebangsaan dengan tema Potret Radikalisme di Provinsi NTB yang berlangsung di Auditorium UIN Mataram, Jumat (7/10).
Di hadiri Ketua Umum DPP KNPI Dr. Ilyas. Ketua DPD KNPI NTB Taupik Hidayat mengaku, bahwa dirinya siap menghadiri pertemuan organisasi pemuda dunia di negara Turki.
Hanya saja, sebelum keberangkatannya, Taupik akan terlebih dahulu ke Jakarta untuk mendiskusikan terkait teknis keberangkatannya tersebut.
"Yang pasti kegiatan pertemuan organisasi pemuda dunia itu, akan berlangsung pada November 2022. Di situ, saya akan fokus membawa konsep wisata halal di NTB untuk kita perkenalkan ke forum dunia internasional," ujar Taupik dalam siaran tertulisnya, Minggu (9/10).
Ia memastikan, bahwa distinasi pariwisata di NTB, justru tidak kalah dengan distinasi lainnya di dunia. Hanya saja, promosi yang ditampilkan perlu diperbanyak intensitasnya.
"Misi kita ke Turki adalah untuk memperkenalkan keindahan pariwisata Lombok dengan kekhasannya dan keunikannya. Dengan begitu, wisatawan akan bisa lebih banyak datang ke NTB," kata Taupik.
Sementara itu, Ketua Umum DPP KNPI Dr. Ilyas mengapresiasi langkah DPD KNPI NTB yang akan membawa konsep Halal Tourism NTB ke forum pemuda internasional di Turki.
"Saya akan sekuat tenaga memberikan support atas ide dan inovatif KNPI NTB dalam membangun daerahnya. Utamanya, dari sisi pengembangan pariwisata halal," ucap dia.
Dalam diskusi itu sendiri. Juru Bicara Badan Intelijen Negara (BIN), Wawan Hari Purwanto, memaparkan radikalisme dan terorisme berbahaya bagi ketahanan negara, sehingga tugas bersama semua elemen, dan semua pihak untuk mencegahnya, tentu dengan cara-cara yang arif dan bijaksana.
"Mencegah Radikalisme dan terorisme adalah tidak hanya tugas negara, tapi tugas semua elemen, tugas warga juga, agar jangan sampai keluarga kita terpapar," tegas dia.
Wawan mendaku, bahwa warga eks terorisme itu, sudah banyak yang sadar dan kembali ke pangkuan ibu pertiwi. Tentunya, pola yang dilakukan adalah melalui pendekatan kekeluargaan dan sikap manusiawi.
"Mereka juga manusia, sehingga meladeni mereka, butuh cara-cara yang manusiawi, dengan pendekatan kekeluargaan, tentu tidak melepas aspek hukum yang berlaku di negara kita," tandasnya. (R/L..).