MATARAM, BL - Langkah DPRD Kabupaten Sumbawa yang kini telah merekomendasikan pembentukan tim appraisal ulang untuk menuntaskan polemik lahan tiga desa yang masuk menjadi akses jalan untuk pembangunan Bendungan Bringin Sila di Kecamatan Utan, Kabupaten Sumbawa, dinilai tepat.
Anggota DPRD Provinsi NTB dapil Kabupaten Sumbawa dan Kabupaten Sumbawa Barat (KSB), H. Lalu Budi Suryata, menegaskan bahwa, adanya tim appraisal ulang, akan mampu menjembatani kisruh lahan tersebut.
Sebab, tidak tuntasnya ganti rugi lahan tersebut, lantaran harga yang ditawarkan pemerintah sangat jauh dari nilai yang sangat layak pada areal tersebut.
"Jadi, tim appraisal ulang akan bisa memberikan kepastian terhadap harga tanah dan keadilan bagi masyarakat. Jadi bukan malah ganti yang malah merugikan tapi harus menguntungkan masyarakat,” ujar Lalu Budi pada wartawan, Kamis (29/9).
Menurut Sekretaris DPD PDI Perjuangan NTB itu, proses pengkajian tanah yang diajukan oleh tim sebelumnya, terlihat sangat tidak transparan. Hal ini yang menjadi pemicu warga tiga desa di Kecamatan Utan, yakni Desa Motong, Desa Setuik Berang, dan Desa Tengah, menolak lahan mereka dijual. Terlebih, harga pembebasan yang sudah diputuskan sebelumnya antara sekitar Rp 1,8 juta hingga Rp 2 juta tersebut.
"Kalau saya yang sudah turun dan mengecek ke lokasi, memang lahan disana, merupakan lahan produktif yang kesehariannya dipergunakan untuk perkebunan dan peternakan oleh warga. Tentunya, tawaran harga yang ditawarkan masyarakat sekitar Rp Rp10 juta per arenya, saya kira itu memadai yang layak untuk diapresiasi oleh tim appraisal yang baru itu," jelas Lalu Budi.
Dari dialog yang sudah dilakukan perwakilan warga. Menurut dia, hampir ratusan kepala keluarga di wilayah setempat, siap mendukung pembangunan Bendungan Beringin Sila Sumbawa yang akan diresmikan oleh Presiden Jokowi, sepanjang harga yang ditawarkan adalah layak dan memadai yakni, sekitar Rp Rp10 juta per arenya.
Karena itu, Lalu Budi meminta agar Pemda, baik itu Pemprov NTB dan Pemkab Sumbawa, dapat segera melakukan langkah-langkah taktis strategis untuk menyelesaikan persoalan tersebut.
“Diperlukan kerendahan hati semua pihak untuk mau duduk bersama menyelesaikan persoalan tersebut. Saya prihatin dengan kondisi ini, karena keberadaan bendungan ini sudah diharapkan sejak berpuluh-puluh tahun yang lalu. Dan bendungan beringin sila adalah sumber kehidupan bagi masyarakat tani di wilayah kecamatan utan dan sekitarnya,” tandas Lalu Budi Suryata. (R/L..).