FOTO. Wagub Sitti Rohmi Djalilah (kiri) didampingi Kepala Desa Sesela, H. Abu Bakar saat meninjau Posyandu Keluarga di Dusun Dasan Utama, Desa Sesela |
MATARAM, BL - Pemprov NTB menargetkan penurunan angka stunting di di tahun 2024 mendatang bisa mencapai 14 persen. Sejauh ini, capaian penurunan angka kasusnya hingga Juli 2022 lalu, angkanya mencapai kisaran 18 persen lebih.
Untuk itu, Tim Percepatan Penurunan Stunting (TPPS) dan Tim Pendamping Keluarga di semua wilayah NTB, harus serius mengawal target jangka panjang tersebut.
"Pokoknya, mereka yang masuk dalam tim untuk fokus. Melakukan kerja-kerja penurunan stunting dengan terarah. Kalau sekarang, per Juli itu masih 18 persen sekian. Target kami akhir 2022 mudahan bisa kurang dari 18 persen,” ujar Wakil Gubernur NTB, Sitti Rohmi Djalilah, saat mengunjungi Posyandu Keluarga di Dusun Dasan Utama, Desa Sesela, Kecamatan Gunungsari, Lombok Barat (Lobar), Senin (22/8).
Menurut Rohmi, langkah efektif untuk menekan kasus stunting, salah satunya dengan pemberian protein hewani kepada anak penderita stunting di setiap harinya.
Karena itu, ia memastikan tidak main-main untuk mengawal penurunan angka stunting tersebut. Salah satunya, pemerintah kabupaten/kota, harus mulai mengarahkan kebijakan anggarannya harus fokus pada penanganan stunting.
"Jika intervensinya benar, angka stunting di Provinsi bisa mencapai satu digit. Pokonya, jangan ada lagi praktik politik anggaran yang tidak jelas. Pengaruhnya besar, yakni angka kasus langsung menukik," tegas Wagub.
Rohmi optimis target tersebut bisa tercapai. Apalagi jika melihat upaya yang dilakukan pemerintah provinsi bersama kabupaten/kota. Salah satunya soal pendataan stunting di Provinsi NTB.
Menurut dia, Provinsi NTB telah memiliki data anak stunting by name by address. Sehingga penanganannya bisa langsung ke objeknya. Anak-anak yang menderita stunting hingga ke tingkat dusun.
”Ingat ya, data ini tidak ada di provinsi lain, itu keuntungan kami. Datanya dapat dari posyandu yang terus aktif,” ucap Wagub.
FOTO. Wagub Sitti Rohmi Djalilah saat berinteraksi dengan ibu-ibu dan anak di Posyandu Dasan Utama, Desa Sesela |
Ia mendaku, bahwa data tersebut jadi modal penting bagi pemprov mempercepat penurunan angka stunting. Tidak seperti sebelumnya, penanganan stunting dilakukan berdasarkan data yang diperoleh dari hasil survei. Sehingga lebih sering tidak tetap sasaran.
”Data dari survei, kemudian kami tidak tahu nih, anak yang mau diintervensi itu yang mana,” tandas Sitti Rohmi Djalilah. (R/L..).