FOTO. Kadisnaketrans NTB Gede Putu Aryadi, saat membuka Kuliah Umum perdana pada LPKN Training Centre Mataram. |
MATARAM, BL - Tenaga kerja kompeten yang siap kerja atau siap menciptakan lapangan kerja, tidak lahir dari bangku kuliah. Tetapi, mereka terbentuk dari proses pendidikan dan pelatihan vokasi yang mengintegrasikan proses pembelajaran di kampus atau lembaga pelatihan kerja (LPK/BLK) dengan praktek kerja atau pemagangan di dunia industri/dunia usaha.
Kepala Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi NTB, I Gede Putu Aryadi, mengemukakan hal itu, saat membuka Kuliah Umum perdana pada LPKN Training Centre Mataram di Hotel Lombok Plaza, Rabu (22/6).
Kuliah umum yang diikuti 250 orang peserta/mahasiswa, dihadiri pula oleh para pimpinan Asosiasi perusahaan, Asosiasi Lembaga Pelatihan, Pimpiban BUMN/BUMD serta para Alumni LPKN Mataram yang sudah berhasil meniti karier diberbagai sektor usaha.
Dalam kesempatan itu, mereka semua tampil memberikan testimoni dan berbagi pengalaman. Para Alumni LKPN Training Center ini telah banyak yang terserap di dunia kerja.
Gede mengatakan, terdapat tiga aspek yang harus difokuskan untuk mendukung capaian pembangunan pada sektor ketenagakerjaan. Sebab, kemajuan ketenagakerjaan akan menentukan kemajuan dan produktivitas sebuah daerah atau bangsa
Menurut dia, mempersiapkan SDM yang kompeten dan produktif menjadi hal pertama yang harus dilakukan. Salah satu langkah nyata yang dilakukan pemerintah adalah mengadakan berbagai program pelatihan agar SDM Daerah memiliki kompetensi dan keterampilan yang dibutuhkan dunia kerja/industri.
Apalagi, merujuk data, jumlah LPKS di NTB saat ini, mencapai 328 buah ditambah dengan 48 BLK Komunitas. "Dari jumlah itu, sebanyak 225 diantaranya sudah terakreditasi," kata Gede.
Mantan Kadis Kominfotik NTB itu, mengatakan, bahwa LKPN Training Center merupakan salah satu Lembaga Pelatihan yang sudah terakreditasi. Karenanya, pilihan untuk berada di lembaga ini, adalah merupakan langkah pertama dalam mempersiapkan diri memasuki dunia kerja.
"Meminjam istilah Pak Gubernur, perjalanan panjang harus dimulai dari langkah pertama, maka tepat jika LKPN Training Center dijadikan pilihan saat ini," ucap Gede.
Ia menegaskan, memiliki kompetensi tak ubahnya serupa dengan memiliki keterampilan yang mampu diterapkan dalam dunia kerja. Di mana, hal itu harus didukung etos yang baik, juga perlu memiliki sertifikat kompetensi profesi yang dikeluarkan LSP.
Mengingat, lanjut Gede, di NTB, sekitar 70% tenaga kerja di sektor Pariwisata belum bersertifikat. "Ini merupakan peluang bagi seluruh Lembaga Pelatihan untuk menciptakan tenaga kerja yang bersertifikat. Jangan sampai tidak memiliki sertifikat kompetensi. Karena kalau calon tenaga kerjanya tidak memiliki sertifikat, maka perusahaan tidak akan mau menerima. Akibatnya perusahaan akan merekrut pekerja dari luar," jelas dia.
Gede mengingatkan, bahwa sebenarnya SDM di NTB, tidak kalah berkompeten dengan SDM luar. Namun, lantaran hanya karena tidak ada sertifikat, akibatnya mereka banyak yang tidak diserap oleh dunia kerja. "Hal ini yang sebisa mungkin kita hindari," tegas dia.
Selanjutnya, kesempatan atau peluang kerja menjadi aspek yang kedua. Sebab, hal ini, agar SDM terserap di dunia industri, maka kesempatan kerja harus disiapkan. Kesempatan kerja membutuhkan hadirnya investasi dan pengusaha. Karena itu, NTB mencanangkan program NTB ramah investasi.
"Jadi, kesempatan kerja terbuka jika ada investasi pengembangan usaha. Ini merupakan hubungan kausalitas. Perusahaan akan maju kalau tersedia SDM yang kompeten. Dan SDM yang kompeten akan bekerja jika tersedia kesempatan kerja," papar Gede.
Terkait peluang kerja ada tiga macam peluang kerja, yakni peluang kerja dalam negeri, peluang kerja luar negeri dan peluang kerja berwirausaha. Terlebih, Pemerintah saat ini sudah membuat berbagai program pelatihan dan vokasi yang tidak hanya menitikberatkan pada teori, tetapi juga mengintegrasikan praktik dan teori melalui program pemagangan di perusahaan atau dunia industri langsung.
"Sehingga, tenaga kerja itu memiliki soft skill dan hardskill," ucap Gede lagi.
Ia menjelaskan, khusus pelatihan vokasi di bidang pariwisata, saat ini pemerintah tengah menyelaraskan kurikulum yang berbasis SKKNI dengan ASEAN Toolboxes. Penggunaan skema baru ini, di mana mentor dan pembelajarannya menggunakan bahasa inggris diharapkan dapat menghasilkan tenaga kerja pariwisata terampil dan diakui kualifikasinya di berbagai negara ASEAN.
“Dengan sertifikasi internasional yang dimiliki tenaga kerja kita, tentu akan membuka kesempatan kerja pada sektor formal, baik didalam maupun di luar negeri,” ungkap Gede.
Lebih lanjut, pelatihan yang dilaksanakan pemerintah melalui Balai Pelatihan tidak hanya terfokus untuk menjadikan peserta pelatihannya sebagai pegawai, tetapi juga dilatih untuk menjadi wirausaha.
"Karena itu adik-adik peserta ini jangan hanya bermimpi menjadi pegawai. Bercita-citalah menjadi pengusaha. Agar bisa membuka lapangan kerja untuk orang lain," tegas Gede lagi.
Aspek ketiga yang harus disiapkan dalam dunia kerja adalah hubungan industrial, yaitu hubungan antara pekerja dan perusahaan. Dalam melaksanakan hubungan industrial, pemerintah mempunyai fungsi menetapkan kebijakan, memberikan pelayanan, melaksanakan pengawasan, dan melakukan penindakan terhadap pelanggaran peraturan perundang-undangan Ketenagakerjaan.
Karena itu, pemerintah meminta kepada perusahaan dan pekerja untuk menciptakan hubungan industrial yang harmonis.
Perusahaan sulit berkembang jika masih menganggap pekerja/karyawannya sebagai bawahan. Perusahaan yang maju adalah perusahaan yang memperlakukan pekerjanya sebagai keluarga, seperti memberikan asuransi perlindungan sosial bagi pekerja.
“Pekerja yang hak-haknya terpenuhi oleh perusahaan, pasti akan produktif dalam bekerja,” tandas Gede. (R/L..).
Terakhir ia berpesan kepada peserta bahwa saat ini NTB menjadi tuan rumah banyak event internasional. Kalau kita tidak siap, kita pasti tertinggal. Karena itu, kita harus mempersiapkan sejak dini untuk terserap di dunia kerja. Dunia kerja selain mengutamakan skill juga membutuhkan orang-orang yang mempunyai sikap disiplin bekerja yang baik.
“Tidak ada orang manja yang sukses. Orang sukses itu ditempa dari kesulitan yang ada,” tandas Gede. (R/L..).